Candi Arjuna
Hari ini, bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila, kami berangkat ke Dieng. Kami berangkat dari Purwokerto pukul 07.30 WIB, kata supir rental mobil yang kami sewa, perjalanan Purwokerto-Dieng menempuh waktu 3 jam.
Saya kurang tahu akhirnya pesan mobil dimana? yang saya tahu sewa mobil untuk 2 hari (tidak nginap di Dieng, besoknya teman-teman mau jalan-jalan ke Small World dan Lokawisata Baturraden). Biaya sewa mobil + bensin + supir untuk 2 hari Rp. 1.250.000,- Karena saya dan koko hanya ikut hari pertama saja, jadi hanya perlu membayar Rp. 117.000,-/orang. Nanti saya tanyakan teman deh kemarin sewa mobil di mana? Siapa tahu ada yang membutuhkan info sewa mobil Purwokerto ke Dieng. Kalau sudah dapat nanti saya infokan kembali.

Seperti biasa, karena takut "jackpot" dalam perjalanan jadi sebisa mungkin saya usahakan untuk tidur. Pertama kami mampir dulu ke Getuk Goreng Haji Tohirin, Sokaraja yang terkenal itu. Toko-toko Haji Tohirin banyak sekali, ya mungkin aja mereka semua masih family kali ya, anaknya kek, keponakannya kek, sepupunya kek atau siapalah saya juga tak tahu, kami hanya menebak-nebak saja haha.


Sekitar pukul 10.00 kami berhenti makan di Mie Ongklok Longkrang, di Jalan Pasukan Ronggolawe no 14, Longkrang, Wonosobo. Mie Ongklok ini merupakan makanan khas Wonosobo yang membedakan itu bumbunya kental dan menggunakan ebi, isinya sebenarnya hanya mie plus sayuran saja. Biasanya penjual Mie Ongklok menjual sate sapi juga + gorengan, gorengan khas Wonosobo yang saya suka itu tempe kemul. Kemul sendiri merupakan bahasa Jawa yang artinya selimut, jadi tempe kemul itu tempe yang diselimuti tepung, bentuk tepungnya melebar seperti selimut gitu deh, kalau kalian mau ke Dieng, mampirlah kesini, nyobain Mie Ongklok + Sate Sapi + Tempe Kemul.
Untuk harga masih sangat-sangat terjangkau lah, seporsi mie ongklok Rp. 7.500,- untuk seporsi sate Rp. 10.000,- (isi 1 porsi 5 tusuk), Tempe Kemul Rp. 1.000,/pcs, Minum Es Teh Manis Rp. 3.000,-. Perut sudah kenyang kami pun melanjutkan perjalanan ke Dieng.
Mie Longkrang, Jl. Pasukan Ronggolawe No 14, Longkrang, Wonosobo
Makanan sudah habis
Mie Ongklok

Waktu masuk kawasan Dieng kami diminta untuk membayar restribusi, Rp. 5.000,- per mobil. Sama ketika masuk kawasan Baturraden, Purwokerto dan Kaliurang, Jogja juga sama aja di pintu kawasan diminta bayar restribusi gitu. Dari pintu kawasan ternyata masih jauh perjalanannya. Cuaca mulai tak bersahabat, awan tebal dan sedikit gelap menemani perjalanan kami. Oiya jalan menuju Dieng tak selebar jalan puncak Bogor maupun jalan puncak Baturraden lho. Pak Supir menanyakan ini mau kemana dulu, Pak Adi ST bilang terserah Bapak saja, kami belum pernah ke Dieng, jadi mau dibawa kemana aja kami nurut, akhirnya tujuan pertama ke Candi Arjuna. Dalam perjalanan ke Candi Arjuna kaca mobil kami buka, tiba-tiba bau srenggg kami pikir itu bau terasi, tapi Pak Supir bilang bukan ini bau pupuk kandang, hahahaha dugaan kami salah. Sekitar Pukul 11.40 kami tiba, gerimis kecil ketika kami turun dari mobil. Tiket masuk disini dijual sudah terusan dengan Kawah Sikidang, tapi untuk ke Kawah harus menggunakan mobil, karena lokasi Candi Arjuna dan Kawah Sikidang tidak dalam satu lokasi, kata orang si 15 menit perjalanan dengan mobil untuk ke Kawah Sikidang. Harga Tiket masuk Candi Arjuna + Kawah Sikidang Rp. 15.000,-/orang untuk turis lokal sementara untuk turis mancanegara RP. 30.000,-/orang. Nggak lama setelah kami masuk hujan tambah deras dan kami pun berteduh. Di sana ada seperti Saung yang cukup lebar, di Saung itu ada anak-anak SD yang sedang Study Tour

Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan ke Museum Kailasa. Pas mau beli tiket masuk ternyata lagi istirahat, kami menunggu bentar (mungkin yang jaga lagi makan siang kali ya??). Pas kami ke Museum ini, tergolong sepi lho, yang masuk cuma kami aja, emang kata petugasnya sekarang jarang ada yang mau ke Museum, karena dianggapnya kurang menarik. Tiket masuk Museum Kailasa Rp. 5.000,-/orang kalau turis mancanegara entahlah tak tahu saya karena tidak ada daftar harga tiket masuknya. Oya harga tiket tersebut sudah termasuk nonton teater selama +- 10 menit tentang sejarah Dieng. Dari kita beli tiket itu sebelah kanan ada bangunan persegi disitu hanya ada arca-arca, entah karena apa ada beberapa arca yang kepalanya tidak ada, lalu kami masuk ke sebelah kiri dari kita beli tiket, ketika kami masuk sini, penjaga tiket yang jual tadi menemani kami masuk dan menerangkan mulai dari peresmian Museum Kailasa ini Oleh Jero Wacik pada tanggal 28 Juli 2008 yang kala itu Beliau menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Kailasa sendiri berarti tempat yang Suci atau Disucikan (kalau nggak salah inget artinya itu). Di Dieng masih ada ritual pemotongan rambut gimbal yang biasa diadakan setahun sekali, tapi saya lupa tanya setiap kapan? katanya anak yang rambut gimbal harus dituruti dulu permintaannya biar sesudah dipotong rambut gimbalnya nggak tumbuh gimbal lagi, dan uniknya ini bukan turunan. Pernah ada anak minta telur 5 butir tapi cuma dikasi 3 butir setelah dipotong ya tetap tumbuh rambut gimbal. Permintaan anak bermacam-macam ada yang minta kesenian tradisional seperti pertunjukkan barongan, kuda lumping, ada yang minta telur, dll, rata-rata anak meminta yang orang tuanya bisa mewujudkannya. Dieng berasal dari kata "Di" (berarti tempat atau gunung) dan "Hyang" (berarti Dewa), jadi dengan demikian Dieng berarti tempat bersemayam para dewa atau dewi. Tradisi Jawa dan Indonesia pada umumnya menganggap gunung dan tempat-tempat tinggi sebagai tempat suci. Setelah kami berkeliling Museum, pas keluar hujan lagi, akhirnya kami menghangatkan badan dulu, ada yang pesan kopi ada yang pesan jahe. Saya beli topi + syal kecil sepasang Rp. 35.000,- akhirnya beli 2 pasang dengan Bu Alay dikasi harga Rp. 30.000,- /pasang (saya sengaja carinya yang nggak ada tulisan Dieng biar bisa dipake kemana aja) menurut saya harga segitu murah, dulu saya pernah beli topi rajut di Bogor harganya seinget saya Rp. 25.000,- pas itu beli di Brasco Factory Outlet, Bogor.

Museum Dieng Kailasa
Salah satu arca yang kepalanya tak ada, entah karena apa???
Peresmian Museum Kailasa Oleh Jero Wajik, Men Bud Par, 28 Juli 2008
Ciri-ciri orang asli Dieng itu pake kupluk dan sarung
Rambut Gimbal / Rambut Gembel
Barongan Macan
Cara Candi dibangun (tanpa semen)
tempe kemul dan cabe rawitnya besar-besar
Nyobain topi rajut
Ngopi dulu di seberang Museum Kailasa


jadi inget film tentang Gorila
Dari Museum lanjut ke Kawah Sikidang, ternyata oh ternyata pas naik mobil dari parkiran mobil, dekat area makan, seberang Museum ada Candi Bima, nggak ada yang kasi tahu ya jadi kami tak tahu, tak mampir ke Candi Bima padahal jalan kaki dari area makan bisa lho, dekat sekali padahal. Ya sudah, besok-besok lagi aja. Sampai kawah Sikidang masih hujan. Di sini banyak yang jual kentang, bunga edelweis si bunga abadi. Mitosnya yang memberikan bunga edelweis ini ke pasangan, maka cintanya akan abadi. Tapi kan lama-lama bunganya akan punah kalau terus dicabut. Oiya di Kawah Sikidang ini kalau mau foto bersama burung hantu bisa lho, Foto dengan kamera sendiri bayarnya Rp. 5.000,- kalau pakai kamera sana dan langsung jadi seingat saya Rp. 15.000,- atau Rp. 20.000,- persisnya lupa, nggak saya foto si daftar biayanya hehe.


Tatapan burung hantu tajam
Dari Kawah Sikidang tadinya kami mau mampir ke telaga warna tapi ternyata sudah kesorean sudah tutup, entah sudah jam berapa saya lupa, kata supirnya si tutup, akhirnya kami balik, karena Pak Eddy akan melanjutkan perjalanan ke Ambarawa menggunakan travel jadi kami mengejar jam berangkat travel dari Wonosobo ke Ambarawa. Supir kami mengantar ke agen travel, ada keberangkatan jam 5 sore. Jam sudah menunjukkan jam 4, kami memutuskan makan dulu, pak supir menawarkan makan di depan klenteng juga enak katanya, tadinya saya menawarkan makan ayam depan mickey mouse, tapi berhubung masih jam 4 saya bilang jam segini belum buka. Saya tahu karena saya pernah kerja di Wonosobo. Kami makan di Red Cobek di seberang Klenteng Hok Hoo Bio, sambil menunggu makanan dibuat, saya jalan kaki ke Klenteng sekadar ingin tahu dan foto sebentar di Klenteng. Sambil makan saya coba cek jadwal misa di Gereja Santo Paulus di aplikasi e-Katolik, misa Sabtu sore pukul 17.30 saya menawari Pak Adi bagaimana kalau misa dulu di sini? Pak Adi pun setuju. Bu Alay tetap ikut masuk ke dalam, meskipun keyakinan Beliau berbeda dengan kami, salut dengan sikap toleransi Beliau, nggak fanatik gitu. Sehabis misa, saya beli beberapa roti yang dijual di Gereja, dari tadi saya nggak beli apa-apa, cuman beli tempe kemul pas di Candi Arjuna tapi ternyata kurang enak agak keras gitu tepungnya, kalah jauh dengan yang Mie Ongklok Longkrang. Dulu waktu saya kerja di Wonosobo, pas pulkam saya beli adonan tepung aja di sebelah toko tempat saya bekerja, sebenarnya beliau nggak jual adonan tepung si, cuman karena sudah kenal saya jadi saya tinggal nyiapin botol kosong buat adonan tepung yang sudah dicairkan.
klenteng Hok Hoo Bio
Misa Dipersembahkan Oleh Romo Doni
Roti bentuk ikan menarik perhatian saya
Sekitar jam setengah 7 malam kami keluar dari Gereja dan akhirnya melanjutkan perjalanan pulang Purwokerto. Sampai Purwokerto karena teman-teman lapar saya rekomendasikan makan Bakmie Jawa di perempatan Situmpur pas di Pasar nya, jualnya hanya pas sore-malam hari. Katanya si ayamnya pakai ayam kampung. Masaknya masih tradisional pakai arang gitu dikipasi.
walaupun di emperan, tapi rasanya nikmat, ngantri
Biaya ke Dieng saya pribadi
1. Urunan transportasi Purwokerto - Dieng PP Rp. 117.000,-

2. Mie Ongklok Rp. 7.500 + Es Teh Manis Rp. 3.000 + 1 Tempe Kemul Rp. 1000,
3. Masuk Candi Arjuna & Kawah Sikidang Rp. 15.000,-
4. Beli 5 tempe kemul di Candi Arjuna Rp. 5.000,-
5. Masuk Museum Kailasa Rp. 5.000,-
6. Kopi di depan Museum Kailasa Rp. 5.000,-
7. Topi rajut & syal Rp. 30.000,-
8. Ayam Penyet Lombok Ijo di Red Cobek Rp. 8.000,- Nasi Putih Rp. 4.000,- Jeruk Manis Hangat Rp. 5.000,-
9. Roti di Gereja mereknya Lulu Bakery and Resto saya beli 5 Total Rp. 27.000,- (roti sosis harganya Rp. 6.000,- roti lain harganya Rp. 5.000,-) sedih saya belum sempat makan rotinya sudah habis dimakan adik saya. ya sudahlah
10. Mie Godog (Mie Kuah) Situmpur Rp. 16.000,- saya minumnya teh tawar gratis

Total biaya Rp. 248.000,- tapi sebagian besar biaya saya dibayarin Ko Toni, makasih banyak ko, untuk kopi juga malah dibayarin Pak Eddy, terima kasih juga Pak Eddy.

Terima kasih untuk kebersamaannya hari ini teman-teman. Lain kali kalau ada kesempatan bolehlah kita jalan-jalan lagi.

0 comments :

Post a Comment