Perjalanan ke Pantai Indrayanti

Hari itu, Sabtu 23 Desember 2017 Saya tiba di Stasiun Lempuyangan jam 6 pagi. Suami sudah menjemputku.

Tadinya rencana ke Pantai Indrayanti hari Minggu, cuman kupikir-pikir lebih baik sekarang saja. Soalnya kalau sudah ketemu biasa tidurnya malem (maklum aku cerewet suka ngajak ngobrol), takutnya besok bangunnya kesiangan. Sehabis mandi dan sarapan cus lah kami ke Pantai Indrayanti.

Berbekal aplikasi waze kamipun berangkat. "Semua sudah siap, berkendaralah dengan aman" begitulah pesan dari aplikasi waze setelah memasukan tujuan.

Kami berangkat jam tengah 9. Perjalanan cukup lancar, pas dimana tuh ada pelebaran jalan jadi ruas jalan yang bisa digunakan cuman satu, antrian cukup panjang. Untungnya kami naik motor jadi bisa nyelip.

Perjalanan ±60km. Setelah macet tadi jalannya lancar, malah bisa dibilang cenderung sepi. Seringkali hanya motor kami yang melintas. Kami berhenti mampir minimarket beli minuman dingin dan cemilan, istirahat sejenak. Kamipun melanjutkan perjalanan, sepanjang jalan kami melihat pemandangan tumbuh-tumbuhan hijau dan cerahnya cakrawala. Benar-benar pemandangan yang menyegarkan mata. Oya begitu mau sampe dari kejauhan Saya melihat monyet nyebrang dan langsung naik pohon. Ternyata begitu mendekati jalan itu, di pohon ada monyet lain. Si Koko malah tadinya mau berhenti mau lihat monyet. Ampun dah, bikin takut, takutnya kalau monyet ngiranya kita mau kasi makan terus turun dari pohon dekati kita kan serem. Takut ah ~~ secara itu monyet liar. 

Tibalah kami di Pantai Indrayanti

Sekitar tengah 12 siang kami sampai juga. 3 jam perjalanan berarti dari Jogja dipotong istirahat 30 menit jadi ±2,5 jam.

Horeee pantai !!! Senangnya bisa kepantai, entah kapan terakhir kali aku main ke pantai, sudah lupa.

Pantai Indrayanti / Pantai Pulang Sawal (Pantai Pulsa)
Berenang di Pantai
Pantainya jernih, pasir putih, pengunjung ya lumayan banyak ada rombongan juga. Tapi karena pantainya luas ya masih bisa nyemplung, nggak seperti pantai di ibu kota yang penuh sesak. Kalau kolam/pantai yang dipenuhi orang biasa diistilahkan  penuh "cebong" atau "wes kayak dawet" jadi susah kalau mau berenang. Adakah diantara kalian yang pernah mendengar istilah itu?

melihat pantai - melihat bukit
Pantai
Kau selalu mempesona siapapun.
Termasuk aku..., ku terpesona dengan keindahanmu.
Meskipun letakmu jauh,
tapi kurela mengunjungimu.

Segala lelah perjalanan,
terbayar dengan keindahanmu.
Deburan ombak...
Semilirnya angin..., menyenangkan hatiku.

Terima kasih Tuhan,
atas ciptaanMu yang sungguh indah ini.
Semoga kami, bisa menjaga keindahannya,
dengan membuang sampah pada tempatnya.

Sambil nulis blog, iseng-iseng buat puisi. Jadi inget jaman SD dulu pertama kalinya disuru buat puisi terus dibacain di depan kelas. Bagaimana puisi "Pantai" karanganku, kalau kalian gurunya dapat nilai berapa?

Oya airnya dingin lho padahal kami sampe sana pas siang. Air laut pas pasang, jadi pengunjung dilarang jauh-jauh dari bibir pantai, ombaknya lumayan besar.
menemukan ganggang hijau - ulva lactuca
Sampailah kami di Batu Karang

Bukit Watu Gilap, Tepus - Gunung Kidul

Kami berjalan menyusuri pantai, Saya penasaran untuk naik ke atas. Disini ada kotak sumbangan sukarela.
jejak kaki kami
Dari atas bukit ini kami bisa melihat air laut yang warnanya berbeda beda, ada yang terlihat biru tua, ada biru muda dan ada yang seperti ungu tua.
Wajahnya bersinar-sinar setelah berendam di air laut hehe
Disini juga bagus lho buat spot foto-foto.
Langit cerah, secerah hatiku
Deburan ombak di belakang kami
bagus ya pemandangannya, sayang
tumbuh-tumbuhan hijau berpadu serasi dengan pantai
Ada beberapa gazebo nih disini. Kebetulan sekali pas di puncak nggak ada yang pake gazebo jadi bisa kami pakai. Kami makan cemilan, Koko malah bisa tidur siang. Cape dia habis bawa motor jauh.  Entahlah tidur berapa lama.

Oya bukitnya nggak cuma Bukit Watu Gilap saja lho, sebenarnya pas kami datang tadi ada Bukit Karang cuman kami nggak naik kesitu. Kami tertarik menyusuri pantai karena dari kejauhan kami lihat batu karang besar. 

Sekitar tengah 3 sore kami beranjak pulang. Setengah 5 sore sudah sampai rumah.  

Minggu, 24 Des 17

Pagi ini misa pagi (Adven ke-4) di Kota Baru. Pulang Gereja baru sarapan pagi. Sebenarnya si sudah mau siang. 

Habis makan kami pergi nonton. Nonton di Empire XXI. Sampai sana malah bioskopnya belum buka, baru buka jam 11.30. Kami menunggu ±20menit. 
Masih tutup, dah lumyan banyak yang nunggu
Kali ini kami nonton film Coco, kenapa pilih ini? Karena tertarik posternya yang ada tengkoraknya, sepertinya ceritanya menarik apalagi ini film produksinya Disney.
Tiket sudah di tangan
Coco
Synopsis film Coco :
Miguel (Anthony Gonzalez) bermimpi untuk menjadi seorang musisi professional seperti idolanya yang telah lama meninggal, Ernesto de la Cruz.
Ia lalu menemukan dirinya secara ajaib masuk ke alam kematian.

Miguel di alam kematian berpetualang dengan Hector (Gael Garcia Bernal) dan bertemu dengan nenek moyangnya yang melarang kehadiran musik di tengah keluarga.

Di alam kematian, orang-orang yang sudah meninggal bisa datang ke dunia pas hari peringatan arwah. Syaratnya mereka harus melewati alat pemindai. Kalau dicek di alat pemindai, ada foto dirinya disimpan oleh orang yang masih hidup berarti orang yang sudah meninggal itu bisa mengunjungi keluarganya yang masih hidup.

Bagaimana kalau nggak ada yang menyimpan foto? Mereka nggak bisa datang ke dunia dan kalau sampai matahari terbit tak ada yang menyimpan foto, arwah yang meninggal akan hilang selama-lamamya karena dianggapnya sudah dilupakan oleh orang yang masih hidup, dalam cerita dianggapnya kematian yang sesungguhnya karena sudah benar-benar dilupakan keluarganya.

Bagaimana kelanjutan pertualangan Miguel di alam kematian?
Apakah Miguel bisa jadi seorang penyanyi?
Lalu siapakah Coco itu? 

Ayo nonton, filmnya nggak seram koq. Anak-anak kurasa tak takut karena ini filmnya lucu. 

Makna yang kudapat, jangan melupakan orang yang sudah meninggal yang kita kenal. Bagaimanapun mereka pernah ada dalam hidup kita. Doakan mereka.

Pulang nonton langsung pulang rumah makan siang terus siap-siap misa malam Natal di Antonius Kota Baru.

Pulang dari Gereja, makan malem terus malem jam 8 jalan keluar cari angin, kami ke Jalan Malioboro & ke Alun-alun Utara serta Alun-alun Selatan. Macet dimana-mana serasa seperti di Jakarta, pulangnya mampir beli susu murni, nemuin susu murni di seberang Pusat Pastoran Mahasiswa Yogyakarta dekat kawasan UKDW. Tengah 11 malam baru sampai rumah.

Hari Natal

Hari Natal pun tiba, tadinya berencana mau misa pagi tapi bangunnya kesiangan.

Siang ini ke Rumah Abu sama suami & kakar ipar. Pulang dari rumah abu kami berpisah, Saya dan suami mau ke Taman Doa Gantang yang baru diresmikan 30 Oktober 2017 oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko. Star jam ±12 siang dari rumah abu PUKJ.

Taman Doa Maria Ratuning Katentreman lan Karaharjan Gantang

Perjalanan kali ini ±43km. Seperti biasa pake aplikasi waze, Saya tulis Taman Doa Maria Ratuning Katentreman lan Kawelasan Gantang. Perjalanan ke taman doa ini juga sepi, lagi-lagi seperti ke pantai kemarin, tak ada kendaraan dibelakang maupun didepan kami.

Sampai Desa Gantang aplikasi bilangnya "Anda sudah sampai ditujuan". Lha dimana ini? Mana taman doanya? Koq nggak ada petunjuknya?
Akhirnya Koko tanya ke warung. Katanya lurus lagi ± 1km nanti ada sekolah belok kanan.
Koko akhirnya tanya lagi setelah jalan ±1km, kata si Ibu ini maju dikit ada rumah satu di sana tuh trus nganan, nganan (kanan) lagi. 
Benar jalan yang dimaksud ibu sama dengan si Bapak yang ditanyain pertama, tuh jalan sebelah sekolah persis. Jalannya kecil. Setelah belok situ kami belok kanan lagi, jalan mulai menurun. 
Akhirnya untuk ketiga kalinya tanya orang lagi. Kata orang itu lurus saja sampe letemu Gereja, taman doanya dibelakang Gereja.

Akhirnya sekitar jam 2 kami sampai. Parkir motornya diseberang Gereja. Kami istirahat dulu ngemil jajanan, Koko ngopi.
Foto diambil dari kedai kopi
Batu Peresmian
Setelah perut diisi makanan seadanya kami masuk ke Tanman Doa. Yang pertama terlihat patung Bunda Maria yang besar. Sehabis berdoa kami foto sebentar di depan patung Bunda Maria lalu kami mengambil air suci sambil cuci tangan kaki serta muka. Ada 7 kran air suci, seperti biasa Saya mencuci tangan kaki serta muka dengan satu persatu air suci dari 7 kran.
Maria Ratuning Katentreman lan Karaharjan
Doakan kami anakMu


Dari air suci kami ke Gua Maria, karena ada orang lepas alas kaki jadinya Saya lepas alas kaki juga untuk memasang lilin. Batunya panas sekali.
Gua Maria
Kami duduk bentar depan Gua Maria lalu kami cari tempat duduk lain diluar area Gua Maria, kami makan roti. 

Roti belum habis tiba-tiba ada orang datang langsung menyalakan rokok, kamipun pergi menyingkir. Pas mau keluar Saya lihat ada spanduk Doa kepada Bunda Maria Ratuning Katentreman lan Karaharjan (Bunda Maria Ratunya Ketentraman / Ketenangan dan Kenaikan).
Taman Doa Gantang ada di belakang
Gereja Katolik FransiskusXaverius
Jam 14.45 kami meninggalkan Taman Doa. Sampai rumah tengah 5 sore. Mandi dan siap-siap misa Natal. Berhubung di Antonius misanya jam 5 sore jadi kami cari Gereja lain. Akhirnya kami ke Gereja Katolik Karistus Raja Baciro.
Gereja Katolik Kristus Raja Baciro
Puji Tuhan selama libur Natal nggak turun hujan jadi kami bisa pergi ke Gereja merayakan Natal dan bisa pergi berlibur.
Selmat Natal bagi yang merayakan. Selamat menyambut Tahun Baru 2018, yang masih cuti selamat berlibur.

Rincian Biaya :
Beli minuman dingin & jajan + tisu 27.000
Parkir minimarket (sisanya buat si Bapak) 5.000
Masuk kawasan pantai 20.000 (2 orang)
Parkir Pantai Indrayanti 3.000
3x pakai toilet lantai 6.000
Sumbangan me Bukit Watu Gilap 5.000
Nonton di Empire  XXI 80.000 (2 orang)
Beli 1 minuman 20.000
2 Susu sapi murni 10.000
Beli minuman, roti, ciki 29.000
Kopi & 2 gorengan 4.000
Lilin di Taman Doa 2.000
Parkir di taman Doa 2.000
Total 213.000


Tanggal 1-3 Desember 2017 Papa, Mama dan Oki adik kecilku berniat datang ke Jakarta. Mau diajak kemana ya? itu yang pertama kali terlintas dipikiranku. Maklumlah, keuanganku lagi menipis.
Papa & adikku tipe orang yang diajak kemana saja mau tapi mamaku tipe orang yang nggak suka jalan-jalan ke mall.

Tanggal 1 Desember 2017, hari ini nemenin Oki cari kabel HP yang rusak, tadinya mau kuajak ke Kokas tapi kupikir-pikir takutnya nggak ada jadinya kuajak ke Ambassador. Papa Mama di kost saja nonton film-film yang aku rekomendasikan bagus.
2 Desember 2017, kuajak keluargaku ke Kota Tua, kami akhirnya baru berangkat jam tengah 11 dari kost, nunggu KRL nya agak lama. Begitu sampai Stasiun Jakarta Kota tadinya mau makan di restoran cepat saji, nasinya habis kalau mau nunggu 30 menit. Akhirnya pindah ke restoran cepat saji lainnya tapi ternyata sudah nggak ada kursi. Ya sudah akhirnya cari makan diluar stasiun.
Kedai Seni Djakarte

Mama Papa makan rujak dulu
Akhirnya kami makan di Kedai Seni Djakarte. Tempat makan ini ada di kompleks Kota Tua kalau jalan dari arah Museum BI ini tempat sebelum Museum Museum Wayang. Aku pesan nasi goreng bakso, Oki pesan nasi goreng daging asap, Papa pesan pecel, Mama pesan mie siram Jakarta. Oya kami pesan rujak buah juga. Perut kenyang kamipun baru jalan-jalan di sekitar Kota Tua.

Ondel-ondel
Kami masuk ke Museum Wayang, tiket masuk Museum Wayang Rp. 5.000,- /orang dewasa. Kalau mahasiswa Rp. 3.000,- kalau anak-anak lupa bayar berapa. Kami bayar Rp. 20.000,- petugas nggak kasi harga mahasiswa untuk adikku, ya sudahlah.

Ada banyak koleksi disini ada koleksi wayang kulit, wayang golek, wayang suket (suket artinya rumput), wayang bambu, wayang kardus, ada gamelan juga. Meski namanya museum wayang, tapi ada koleksi lain selain wayang, ada boneka Unyil dan juga boneka-boneka dari berbagai negara lho...
Wayang Suket - Wayang Bambu - Wayang Kardus
Boneka Unyil
Wayang Kulit Cina - Yogyakarta
Wayang Wahyu, Pasti kalian tahulah yang mana Yesus?
Boneka / Wayang Golek Canton China
Wayang Boneka Punch Judy dari Inggris
Wayang Boneka Punch Judy dari Inggris
Boneka Guignol Perancis
Boneka Guignol Perancis
Boneka Polandia
Boneka India
Boneka Thailand
Boneka Rusia
Boneka Bangkok
Wayang Kulit Revolusi
Wayang Golek Sunda
Gamelan
Calung - Alat Musik Bambu dari Banyumas Jawa Tengah
Museum Wayang
Gatotkaca

Lalu kami ke Museum Fatahillah, sayang sekali lagi di renovasi lantai 2 nya jadi kami hanya bisa lihat-lihat sedikit. Waktu beli tiket kenapa nggak dikasi tahu kalau Museum sedang direnovasi? Itu yang jadi pertanyaan saya, hm... agak nyesel si kesini, nggak terlalu banyak yang bisa dilihat. Ada Miniatur Gereja Baru Belanda, senjata, replika kapal pinisi, di halaman belakang ada penjara bawah tanah. Satu lagi pertanyaan dalam benak saya, kenapa ya lokasi Penjara bawah tanah nggak dikasi lampu? kalau orang mau lihat-lihat kan gelap jadi kurang menarik si menurutku. Di halaman belakang banyak orang duduk-duduk sambil makan makanan khas Jakarta. Aku beli Es Selendang Mayang, ini baru kali pertama aku coba Es Selendang Mayang, ternyata ini es isinya hanya potongan kaya agar-agar dari tepung hunkwe ditambah air santan kesan saya biasa aja. Terus beli kerak telur, pake telur bebek. Habis makan cemilan kami pulang. Sorenya Oki ke Tangerang nginep kost temannya.

Miniatur Gereja Baru Belanda
Sebelum "Kalapa" menjadi "Jakarta"
Salah satu lukisan di Museum Fatahillah
Senjata
Sultan Agung
Ada yang tahu ini siapa?
Makanan khas Jakarta, es selendang mayang,
kerak telur, tahu gejrot, gado-gado betawi,
soto betawi
Lagi buat Kerak Telur
Duduk-duduk di halaman belakang
Museum Fatahillah
Museum Fatahillah tampak belakang
3 Desember 2017, Pulang ibadah, makan terus anter Mama ke Stasiun terus jemput Papa anter Papa ke Stasiun, Oki dari Tangerang langsung ketemu di Stasiun. Pulang kost, kamar terasa sepi lagi.
Doakan anakmu ini Pa, Ma semoga besok-besok bisa beli mobil biar bisa jalan-jalan bersama syukur-syukur bisa beli rumah di Jakarta biar nggak sek-sek'an (sempit-sempitan) di kamar kost.

Kereta PP Stasiun Tebet - Stasiun Jakarta Kota Rp. 18.000,- (3orang) yang satu pake kartu Flazz. Karena belum punya kartu THB jadi bayarnya Rp. 48.000,- jadi per kartu jaminannya Rp. 10.000,-
Makan di Kedai Seni Djakarte Rp. 183.500,- rinciannya ditambah service & tax
  • Nasi Goreng Bakso Rp. 27.000,-
  • Nasi Goreng Daging Asap Rp. 29.000,-
  • Nasi Pecel Rp. 23.000,-
  • Mie Siram Jakarta Rp. 29.000,-
  • Rujak Buah Rp. 19.000,-
  • Lemon Squash Rp. 17.000,-
  • Vanilla Float Rp. 15.000,-
Masuk Museum Wayang Rp. 20.000,- (4 orang)
Masuk Museum Fatahillah Rp. 20.00,- (4 orang)
Es Selendang Mayang Rp. 8.000,- (1)
Kerak telur bebek Rp. 25.000,- (1)
Total Rp. 274.500,-