Libur 17 Agustus 2018 ini pas jatuh hari Jumat, jadi lumayan long weekend (buat mereka yang Sabtu memang libur kerja). Saat yang tepat buat pulang Jogja sekalian ajak teman. Biasa Mbak Ari ikutan ke Jogja dan kali ini aku ajak Mega teman kantorku, kami beli tiket dari 3 bulan yang lalu.

Memanjakan badan di Salon Flaurent Spa Jogja

Kami berangkat 16 Agustus 2018. Sampai Jogja pagi sekitar jam 6 pagi, setelah sarapan dan mandi, tujuan pertama adalah salon. Di Jakarta memang aku nggak pernah nyalon, biasanya nyalon selalu di kampung, itu pun juga jarang-jarang paling cuman potong rambut aja. Kali ini jauh-jauh hari aku udah niat buat ngambil paketan massage, body scrub, body steam, body mask, berendam dan hair spa. Kami berangkat ke Salon Flaurent di Patimura sekitar jam 10, dan ternyata untuk paketan penuh, baru bisa jam 3 sore kalau mau reservasi dulu. Sore aku ada acara di rumah memperingati 2 tahun mama. Sama si mbak-mbak nya dicarikan cabang lain, dan dapatlah di Salon Flaurent Sagan. Kata si mbak kira-kira lamanya perawatan 2 jam. Badan yang tadinya pegel-pegel sehabis perawatan enak banget, pegal-pegalnya rontok semua, saking enaknya aku sampe tidur lho. Murah pula paketan itu semua cuman 99ribu lho, murah kan (",) dan terakhir dapet minuman jahe dan roti bakar.



Oya aku nggak sempet foto-foto keadaan dalam salon, soalnya langsung ditangani. Kemarin yang pegang aku namanya mbak Afra, meskipun awalnya berasa sakit tapi lama-lama enak pijatannya, mungkin terlalu kaku badanku ini perjalanan 9 jam di kereta.


Lain kali kalau pas ke Jogja pengin ah coba body mask yang cofee atau chocolate ah~~ 

Tahu kan maksudnya

Perjalanan dimulai......

18 Agustus 18 yang katanya tanggal cantik ini, banyak yang married di tanggal ini, yang aku tahu ada 4 pasangan married di tanggal ini.


Kembali ke crita liburanku.

Niat awal si aku pengin ke Pantai Ngobaran, terus karena beberapa minggu yang lalu katanya ombak pantai lagi besar jadinya aku urungkan niatku itu.

Terus aku tertarik ke Tebing Gunung Gajah, tapi lagi-lagi pupuslah sudah karena tempat itu sudah ditutup secara permanen. Nggak tahu kenapa ditutup, soalnya nggak ada info yang jelas.

Terus pengin ke Bukit Isis dan Kebun Teh Nglinggo, soalnya aku sama sekali belum pernah jalan di area kebun teh (kalau lewat kebun teh pas naik mobil pernah sih). Lagi-lagi ini gagal dikarenakan dapet motor sewaannya NMAX yang bodynya bohay. Karena belum pernah ke daerah Kulon Progo dan takutnya jalannya naik-naik seperti ke Gunung Kidul, akhirnya cari wisata yang deket Jogja aja.

Bingung mau kemana, aku tawarin Mega ke Taman Sari, cm kata Mega jangan ke tempat yang ak dan Mb Ari dah pernah. Tahu nggak si tadinya sempet cari belajar membatik di Jogja, ada tuh yang gratis tapi mesti bawa kain sendiri.

Akhirnya aku inget Stonehenge & Candi Ijo. Meskiupun itu beda arah, kalau Stonehenge itu ke arah timur laut dari rumah, sedangkan Candi Ijo ke arah Barat.

Tiket masuknya

Kami baru jalan sekitar tengah 11 siang. Tujuan pertama ke Stonehenge Merapi. Awalnya perjalanan mulus, lancar. Banyak juga yang naik mobil jeep. Dan apa yang terjadi ternyata jalannya berbatu dan berpasir sodara-sodara. Pantesan aja pada naik mobil jeep karena itu jalan wisata Lava Tour Merapi. Pas jalan sudah berbatu-batu itu sudah nggak ada tempat persewaan jeep. Aku nengok ke belakang, lho koq Mega berhenti. Ak WA mau lanjut nggak? ternyata WA ak nggak masuk, karena nggak ada sinyal. Akhirnya ganti Mb Ari yang di depan. Tadinya kami sudah mau nyerah pulang aja, tapi pas dilihat 500 meter lagi akhirnya lanjut. Sayang kan kalau dah jauh-jauh dateng belum nyampe tujuan malah balik pulang padahal kurang dari 1 km lagi. 



Tiket masuk Stonehenge Rp. 10.000,-/ orang pakir motor Rp. 2.000,-


Awalnya nggak begitu rame

Stonehenge berada di kawasan Desa Wisata Petung "The Lost World". Berada di dusun Petung, desa Kepuharjo, kecamatan Cangkringan, Sleman. Jarak tempuh dari kota Yogyakarta sekitar 20 km ke arah utara.

Berawal dari sebuah keprihatinan pasca erupsi Merapi tahun 2010, dusun Petung menjadi salah satu dusun yang terkena muntahan larva gunung Merapi awan panas. Dusun Petung rata dengan material larva, rumah, harta benda, ternak, nggak ada tersisa. Banyak warga yang kehilangan mata pencaharian, yang dulunya hidup bertani, kini beralih profesi menjadi tukang batu, penambang pasir dan lain-lain.



Nemu kursi depan tulisan Stonehenge,
kayanya memang disediain buat spot foto
Wilayah Desa wisata ini cukup luas dengan topografi yang bergelombang. Banyak kegiatan jelajah alam yang bisa dilakukan di wilayah ini seperti outbond, jelajah desa, tracking dan memungkinkan untuk berbagai macam kegiatan lainnya.

Pasca erupsi 2010, desa wisata Petung banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun dari luar negeri, mereka ingin melihat secara langsung dampak dari erupsi Merapi 2010 salah satunya dengan mengunjungi kampung ini.

Ini Mega, teman kantorku
Menjadi sebuah ironi ketika banyaknya wisatawan yang datang ke Dusun Petung, akan tetapi tidak semua warga dapat menikmati hasil dari sektor wisata, maka bersama rekan-rekan dan sebagian warga mendirikan obyek wisata dengan tema "The Lost World" yang bertujuan untuk menyejahterakan warga khususnya warga Petung dan sekitarnya.



Crita di atas itu aku ambil dari papan crita History of Stonehenge, aku tulis cuplikannya aja. Buat cerita lengkapnya kalian baca aja sendiri disana hehe (",)

History of Stonehenge
Di area Stonehenge ada warung satu tapi pas kami datang pas tutup, untungnya kami bawa cemilan dari rumah, jadi lumayan buat nganjel perut. 


Sekitar jam 13.30 kami melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya yakni Candi Ijo. Pas perjalanan pulang dari Stonehenge ada mobil jeep yang mogok lho, ditinggal begitu aja di tengah jalan berbatu.

Perjalanan masih berlanjut ke Candi Ijo

Berbekal aplikasi wes ewes ewes (aplikasi Waze), kami menuju ke Candi Ijo. Jujur aja aku baru tahu lho Candi Ijo, yang paling aku inget itu ya Candi Borobudur sama Candi Prambanan, dah itu tok.

Lho terus kamu tahu Candi Ijo dari mana? Dari IG Wonderful Jogja, pas itu aku menemukan foto ini, cantik kan


Karena foto ini nih, jadi aku pengin ke Candi Ijo

Katanya Candi Ijo tutup jam 5, apa bisa ya nunggu sampe sunset? Tapi nanti pulangnya kemaleman, soalnya dari Candi Ijo niatnya jalan-jalan ke Malioboro.

Dan, lagi-lagi kami mengalami kendala sodara-sodara. Tulisannya jalan ditutup untuk mobil dikarenakan ada pengecoran jalan, kami nggak lihat ada motor yang lurus ke atas, menurut aplikasi Waze sih seharusnya kami lurus lagi, tapi aku melihat papan di sebelah kanan bunyinya menuju Candi Ijo (jalur alternatif khusus motor). Tadinya sudah mau belok situ tapi koq naiknya lumayan tinggi dah gitu sempit pula jalannya. Akhirnya kami urungkan niat lewat jalan alternatif, kami mencoba percaya ke Waze jadi kami lurus. Eh disana ada palang gitu jalan ditutup, entahlah bisa buat motor atau nggak. Yang ada malah kiri jalan itu tebing Breksi. Mbak Ari tadinya bilang apa mau ke Tebing Breksi aja? Beberpa bulan yang lalu aku dan Ko Toni pernah sih ke Brown Canyon yang menurtku ya 11-12 lah dengan tebing Breksi cuman mungkin bedanya Tebing Breksi itu sudah dikelola kalau Brwon Canyon yang di Semarang itu kan masih ala kadarnya masih gratisan. Lagi-lagi kami hampir menyerah sodara-sodara.

Cewe-cewe tangguh
Mbak Ari & Mega
setelah melewati jalan alternatif
Ko Toni maunya ke Candi Ijo, akhirnya kami turun lagi milih lewat jalan alternatif sodara-sodara. Berbekal prinsip "Masa sudah jauh-jauh ada kendala soal jalan malah mau pulang, kan sia-sia". Kuatkan hati, kuatkan tekat bahwa kami bisa mencapai tujuan yang kami inginkan. Ini jalan ke Candi Ijo itu juga berbatu cuman nggak segede batu-batu ke Stonehenge. Bedanya ini jalan dengan jalan ke Stonehenge adalah jalan ke Candi Ijo kira-kira lebarnya hanya seperempat jalan ke Stonehenge. Bayangkan sodara-sodara sekecil apa jalannya, maklumlah hanya jalan alternatif khusus motor. Tapi apa yang terjadi tiba-tiba kami papasan dengan mobil jeep. Pertanyaannya lho  koq bisa itu jeep masuk jalan situ? entahlah. Ke Candi Ijo cukup mudah karena ada papan anak panah gitu menuju Candi Ijo, cuma perlu nyali aja. Kalau nyali ciut ya sudah pulang saja, mungkin beberapa bulan ke depan nggak perlu lewat jalan alternatif lagi. Kalau jalan cor sudah selesai jelas nyaman dan mulus. Setelah naik turun, naik lagi, turun lagi, naik lagi sampailah kami di ujung jalan alternatif dan kami bertemu dengan jalan cor. Itu jalan cor lumayan tebel lho  (ah entahlah apa itu sebutannya jalan tebel ngerti kan maksud aku, ibarat martabak manis tebel gitu lho), karena jalan cornya tebel jadi aku dan Mega turun dulu biar motornya bisa dinaikkan ke jalan cor. Keluar dari jalur alternatif kami belok kiri jalannya menurun, nggak jauh dari kami masuk jalan cor kami sudah melihat Candi Ijo di sebelah kanan jalan. Parkiran motor di seberang Candi Ijo / di kiri jalan (kalau lewat jalan alternatif). 


Hati riang begitu melihat Candi Ijo dari kejauhan.
Kurang lebih jam 3 sore kami baru sampe, Mbak Ari mau makan dulu. Aku dan Mega langsung ke gardu pandang yang dekat parkiran buat foto-foto. Anginnya kencang bok, rambut berkibar-kibar bagaikan bendera tertiup angin dan badan kami tiang benderanya.

Mesti pegang rambut biar rambut nggak berkibar
Lereng Ijo, dekat parkiran motor di Candi Ijo
Abis foto-foto disitu aku baru sadar ko Toni kemana? kata mega tadi ke toilet. Aku tanya Mbak Ari, kata Mbak Ari katanya mau keatas dulu. Aku ajak Mbak Ari pindah tempat, di dekat tulisan Lereng Ijo. Ak melihat ko Toni keluar dari Candi Ijo, Mbak Ari bilang padahal nanti kita juga mau masuk ya Cik. Hahaahaaa mungkin Ko Toni sudah nggak sabaran nunggu kami jadi dia masuk duluan, pas Ko Toni dah ketemu kami lagi dia bilang bagus cuman nggak asyik banyak orang pacaran. Lagian siapa tadi yang niat masuk sendirian?



Oya Mbak Ari beli lompong crispy, aku coba enak juga. mirip-mirip bayem crispy gitu tapi ini daunnya nggak melebar. Jujur aja aku baru tahu lho ada sayur lompong. Apakah kalian tahu lompong? Ini nih manfaat lompong.
Lompong Crispy
Tadinya mau beli pas pulang dari Candi Ijo, cuman karena Mbak Ari bilang tadi cuman ada beberapa aja, takutnya ntar malah kehabisan apalagi di warung lagi ada banyak orang. Jadinya aku beli dulu deh. Sisa 3 bungkus, Mega 1 aku ambil 2 bungkus. 

Tiket masuk Candi Ijo

 Penamaan Candi Ijo

sebelum naik tangga ke Candi Ijo
Penamaan sebuah candi dapat didasarkan pada 3 hal. Pertama, berdasarkan legenda yang dikenal masyarakat. Kedua, berdasarkan penyebutan yang ada di dalam prasasti. Dan yang ketiga adalah berdasar lokasi candi itu berada. Demikian halnya penamaan Candi Ijo. Kompleks percandian bercorak Hindu ini dinamakan sesuai dengan lokasinya, yakni di lereng bukit padas yang bernama Gunung Ijo yang memiliki ketinggian ± 427 dpl.  Secara administratif situs ini berada di Desa Groyokan, kelurahan Sambirejo, kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. Situs Candi Ijo berada di ketinggian 375 dpl.
tuh kan rambutnya Mega berkibar, swing
Penyebutan nama Desa "Ijo" yang berarti hijau unutuk pertama kalinya disebut di dalam Prasasti Poh yang berasal dari tahun 906 Masehi. Didalam prasasti  tersebut ditulis tentang hadirin upacara yang berasal dari desa Wuang Hijo "... anak wanua i wuang hijo..." Jika benar demikian maka nama "Ijo" setidaknya telah berumur 1.100 tahun hingga tahun 2006 lalu.
awannya cantik, biru menyejukan mata
Situs Candi Ijo merupakan kompleks percandian yang berteras-teras yang semakin meninggi ke belakang yakni di sisi timur dengan bagian belakang sebagai pusat percandian. Pola semacam ini berbeda dengan pola-pola percandian yang berada di dataran Prambanan. Kebanyakan di antaranya adalah memusat ke tengah, misalnya Candi Prambanan atau Candi Sewu. Hal ini didasari oleh konsep penataan ruang yang bersifat kosmis. Dengan pusat berupa puncak gunung Meru, tempat tinggal para Dewa. Adapn pola yang semakin meninggi ke belakang seperti halnya pada Candi Ijo adalah suatu keunikan, karena pola semacam ini lebih banyak dijumpai pada candi-candi dari masa Jawa Timur.

Sejarah Candi Ijo lanjutannya baca aja sendiri ya disana.
Kalau ada Patung Sapi biasanya sih Candi Hindu
Lampunya ikut ke foto

sepertinya ini Candi utamanya, soalnya yang paling besar
(berada di paling belakang)
Bonus nih, tak kasi lihat video iseng boomerang kami bertiga, pas dapet bagus gradasi awannya, di belakang ada orang yang naik turun  juga haha

Malioboro, surganya belanja buat pelancong

nunggu Mbak Ari lagi pilih sandal titipan temen.
Dari Candi Ijo kami cus ke Malioboro, parkir di Benteng Vredeburg. Pertama kami ke Pasar Beringharjo dulu, kan katanya sekarang buka sampe malam jam 21.00 WIB. Ternyata nggak semua toko buka, yang buka sebagian besar hanya di jalan utamnya dari pintu masuk Pasar Beringharjo, kalau masuk ke lorong-lorong kebanyakan pada tutup.

Niat hati cari rok batik buat kerja tapi nggak nemuin yang pendek, adanya kebanyakan celana.  Jadi cuman nemenin Mbak Ari & Mega belanja aja, sementara aku nggak beli apa-apa. Cuman beli wedang ronde sama cilok aja.

Hari Minggu waktunya beli oleh-oleh. Aku pikir-pikir kalau kasi oleh-oleh bakpia itu buat orang kantor sepertinya sudah biasa, soalnya aku pribadi aja bosen sama bakpia. Ak lebih tertarik beli tahu tuna Bu Hirto di daerah Banguntapan, Gunung Kidul. Dalam bayanganku kaya toko, pas kami kesana ternyata itu rumah biasa. Sedianya hanya olahan-olahan tuna seperti tanu tuna, kaki naga, pempek tuna. Aku tanya dulu itu tahu tuna kalau di suhu ruangan tahan berapa lama? katanya sih 2 hari satu malam. Kalau aku beli Minggu, sebelum Selasa pagi harus sudah di goreng. Maklumlah di kost aku nggak ada kulkas jadi ak perlu tanya dulu. Kalau di frezer sepertinya tahan lama, cuman kemarin aku nggak tanya si.

Dari Tahu Tuna Bu Hirto kami ke Bakpia Kencana yang di taman Siswa, ternyata Bakpia Kencana yang di taman siswa juga cuman dititipkan gitu di Rumah Makan Pondok Cabe, jadi pilihan oleh-oleh yang lain sedikit.

Lalu ke daerah jalan Matraman, Mega pengin cari oleh-oleh lain yang tahan lama. Sebenarnya kalau cari oleh-oleh enak yang model toko oleh-oleh lengkap dibuat model minimarket gitu kita bebas milih macem-macem. Tapi tempat seperti itu biasanya sih antriannya lama. Pernah tuh pas ke Bandeng Juwana Semarang yang di Pandanaran masuk itu sudah ngambil nomer antrian buat bayar dulu. Jadi sambil nunggu antrian kasir bisa pilih-pilih oleh-oleh.

Oleh-oleh sudah, pulang ke rumah. Sampe rumah sudah jam tengah 1 lebih. Buru-buru packing terus makan siang, bungkus makanan buat di kereta. Jam tengah 2 pesan mobil buat ke Stasiun. Sampe Stasiun jam 2 an, dan itu antriannya masuk parah banget di Stasiun Lempuyangan. Untung aja  tadi nggak berangkat jam 2 dari rumah. Memang bener kata Pak Supir yang ngantar kami, Stasiun Lempuyangan memang minim fasilitas. Sampe ada yang triak-triak segala kurang 5 menit keretanya jalan masih harus antri. Baru deh bagi penumpang yang keretanya mau jalan suru lewat sebelah kiri.
Kereta yang kami naiki berangkat jam 14.45 dan kami baru masuk kereta jam 14.36 untung keburu buat antri, bener-bener deh buat kalian yang naik dari Stasiun Lempuyangan lebih baik berangkat cepet daripada skot jantung.
foto dalam kereta,
 suka aku sama gradasi warna awan senja

Hasil gorengan tahu tuna,
ini serius enak
Rincian pengeluaran selama di Jogja 17-19 Agustus 2018
Paket Super Hemat di Salon Flaurent Spa Jogja Rp. 99.000,-
TPR (Tempat Pemungutan Restribusi) Kaliurang Rp. 8.000,- (kondisi 1 motor, 2 orang)
Masuk Stonehenge Rp. 10.000,-/orang x 2 = Rp. 20.000,-
Parkir Stonehenge Rp. 2.000,-
Beli Lompong crispy Rp. 15.000,-/bungkus x 2 = Rp. 30.000,-
Masuk Candi Ijo Rp. 5.000,-/orang x 2 = Rp. 10.000,-
Parkir Candi Ijo Rp. 2000,-
Wedang ronde di Malioboro Rp. 10.000/porsi x 2 = Rp. 20.000,-
Cilok cuman pengen nyoba jadi beli Rp. 5.000,- aja
Total Rp. 196.000,-

2 comments :

  1. Jadi kapan dong aku ke jogja? hiks hiks, aku pengen nyalon di Flaurent Spa juga ci.

  1. antara nov atau desember rencana pengin pulang lagi

Post a Comment