Nggak pernah terbayangkan bisa ke Jepang gratis pula. Siapa pun pasti nggak akan nolak jika dikasi incentive dari kantor ke tempat ini. Demikian pula saya, nggak mau menyia-nyiakan kesempatan baik yang belum tentu datang untuk kedua kalinya. Menurut informasi sekitar pertengahan Oktober di Jepang mau memasuki musim gugur. Kali ini kami diikutkan paket tour Golden Rama lagi, dengan penerbangan menggunakan Garuda Indonesia.

Hari pertama, 14 Oktober 2016 - Jakarta Osaka
Pagi ini masih ngantor, kami rata-rata pada ijin pulang cepat. Saya dan Mega ijin pulang jam 2an, Mega ikut ke kost saya karena kami berencana berangkat bareng. Jam 15.30 pesan taxi online, kami berlima (saya, Mega, Bu Alay, Elita, dan Lusi) untung dapat mobil Avanza, tempat duduk paling belakang diisi koper-koper kami, tengah duduk berempat dan depan diisi Mega. Kami lewat tol cililitan, macet parah dan akhirnya kami baru sampai bandara terminal 2D jam 8 malam. Perjalanan 4,5 jam sendiri. Pesawat kami berangkat jam 23.15 tujuan Osaka. Tour guide kami masih sama dengan dulu pas ke Australia, Christian.
Pulau Sulawesi nggak ada di bola dunia, apa lepas ya??? Entahlah
tiap makanan yang dijual
 ada contoh "penampakannya"
orjep kalau pigi sm teman
kompak pake cosplay, ini salah satunya
Hari kedua, 15 Oktober 2016 - Osaka (Universal Studio)
Sampai bandara Osaka jam 08.15 kami ngantri imigrasi, nggak seseram imigrasi Australia (lebih ketat imigrasi Australia), di imigrasi Jepang kami diminta sidik jari dan foto. Setelah imigrasi beres, baru ambil bagasi dan ada waktu untuk ke toilet. Dibagian luar sudah ada Mr Kent tour guide lokal Jepang yang bisa berbahasa Indonesia dan ternyata Kent itu aslinya orang Malaysia. Hari pertama kami langsung ke Universal Studio Japan (USJ). Pertama kami diajak Kent masuk istananya Harry Potter kalau mau main permainannya ngantrinya lama sekali kata Kent bisa 1,5-2 jam, keluar dari istananya Harry Potter tadinya kami masuk area Jaws ride, kami sudah ngantri panjang begitu lihat oh cuma kaya naik kapal ya sudah kami akhirnya memutuskan keluar dari antrian. Setelah buka internet nyesel juga nggak masuk ke jaws ride ternyata itu kita naik kapal tiba-tiba ada ikan raksasa menyemburkan air gitu. Selanjutnya acara bebas, kami diminta kumpul di bola dunia jam setengah 5 sore. Seperti biasa menjelang sore ada parade semua orang berkumpul lihat parade.

Hari ketiga, 16 Oktober 2016 - Osaka, Kyoto, Toyohashi
Pagi ini kami check out hotel dan melanjutkan perjalanan  city tour menuju kota Kyoto, mengunjungi Kiyomizu Temple dan Fushimi Inari Shrine. Di Kiyomizu Temple kita bisa berdoa didepan patung atau apa ya?? Lupa saya. Kalau mau berdoa memasukkan koin sukarela, bisa juga dengan cara membeli dupa, kata Kent biasanya dupa sudah dinyalakan, asap dupa diarahkan ke badan kita supaya roh jahat pergi dari badan kita. Setelah berdoa menurut kepercayaan masing-masing, Kent kasi alternatif siapa yang mau naik bisa ikut Kent kalau mau turun nanti ikut Christian. Kata Kent di atas ada patung pemberi jodoh, saya ikut naik, Abi teman saya tanya kan kamu sudah ada jodoh Nat, belum saya jawab sudah dijawab Karin, Karin bilang mau menguatkan cinta. Kent berpesan tiket nggak boleh hilang soalnya nanti pas turun kita diminta tunjukkan tiket. Naik atas saya coba ikutan orang memandikan patung, entah patung apa mungkin patung dewa jodoh kali ya. Kent hanya mengantar sampai bawah tangga, kami naik sendiri jadi nggak tahu deh itu patung apa. Di bagian atas ini dijual berbagai jimat ada jimat untuk menemukan jodoh, kekayaan, dan sebagainya.

Kiyomizu Temple
Fushimi Inari Shrine,
tulisan di tiang itu kata teman saya nama yang menyumbang
Kawai
berbagai jimat
Menggantungkan doa & harapan
Hari keempat, 17 Oktober 2016 - Toyohashi, Hamamatsu, Mt Fuji, Kawaguchi
Setelah check out, kami sarapan pagi dari hotel kami siap-siap dihantar bus dari hotel ke Stasiun Toyohashi untuk naik Shinkansen (Bullet Train), salah satu kereta api tercepat di dunia dengan tujuan stasiun Hamamatsu. Dari Toyohashi ke Hamamatsu hanya 1 stasiun saja. Waktu naik Shinkansen, Kent bantu foto kami lalu Kent menunjukkan kecepatan Shinkansen dengan alat yang dia punya, kecepatannya kalau nggak salah ingat 278km/jam.
dalam Shinkansen, bersih dan nyaman
Turun dari Shinkansen kami foto bersama serombongan. Keluar dari stasiun Hamamatsu masih hujan, pas kami berangkat dari hotel juga hujan, saya baru ingat topi saya ketinggalan di Shinkansen gara-gara saya mau ambil tongsis dari kantong jaket, saya keluarkan topi rajut saya, pas turun ketinggalan deh. Bus membawa kami ke Danau Kawaguchi, kami berfoto bersama di Danau Kawaguchi dan makan siang disana sekalian, sehabis makan siang masih diberi kesempatan untuk yang mau belanja, di bawah restaurant ada toko oleh-oleh, atau kalau mau foto-foto lagi di Danau Kawaguchi juga boleh. Disini saya beli campuran wasabi dan nori untuk dicampurkan ke nasi panas, karena pas makan saya coba itu rasanya enak jadi pas di toko oleh-oleh saya beli. Lalu kami melanjutkan perjalanan ke Gunung Fuji. 
kena macet juga
Katanya perjalanan ke Gunung Fuji 3 jam tapi macet jadinya 4 jam lebih. Memasuki kawasan Gunung Fuji, Kent menceritakan kalau gunung ini dijadikan orang untuk bunuh diri, biasanya mereka yang bunuh diri yang sudah tua, sakit berobat tapi nggak sembuh-sembuh nggak ada biaya lagi, mereka nggak mau menyusahkan anak jadi mereka ke Gunung Fuji untuk bunuh diri. Malah Kent ngajak kami main tebak-tebakan jumlah kasus bunuh diri di Gunung Fuji berapa orang setahun di tahun yang terparah, tahun 2011. Sebelum tebak-tebakan Kent kasi tahu jumlah kasus bunuh diri di tahun-tahun sebelumnya. Kami menebak sebulan 50 orang jadi setahun 600 orang, kata Kent kurang banyak, kami menebak sebulan 1.000 orang, kata Kent masih kurang banyak, akhirnya Kent kasi tahu tahun 2011 kasus bunuh diri di Gunung Fuji mencapai 30.651 orang jadi sebulan kalau dirata-rata orang bunuh diri ada 2.554 orang, artinya sehari ada 85 orang bunuh diri. Lalu Kent meminta kami untuk menutup jendela bus yang terbuka dan diam sebentar karena biasanya ada suara hantu disini. Lalu kami semua hening, saya dengar bunyi, awalnya saya pikir itu Kent lagi bersenandung seperti intrumen saja. Lalu setelah bunyinya selesai Kent bertanya apa tadi kami mendengar? Kata Kent itu sebenarnya bukan bunyi hantu, tadi kita melewati jalan bermelody, katanya ini jalan dirancang khusus kalau naik bus besar bisa kedengeran melody tapi kalau naiknya motor atau mobil kecil bisa nggak kedengeran. 
Gunung Fuji tak tampak
Sampai tingkat 5 gunung Fuji kami turun diajak ke toko dan kami dikasi kupon untuk ditukar dengan lucky bell, kami bisa mencicipi beberapa makanan disana sebelum mau membeli juga bisa mencicipi green tea. Saya beli green tea yang ada butiran berasnya, kata Kent lebih enak daripada green tea biasa, saya juga beli cemilan crispy almond. Oiya di toko ini juga dijual kemasan kaleng seperti susu kaleng isinya udara Gunung Fuji lupa saya harganya berapa, kata Kent kalau dibuka yang keluar ya seperti udara sejuk lalu lama-lama menghilang. Setelah berbelanja kami jalan kaki ke atas, sayang Gunung Fujinya nggak terlihat, kabut tebal menyelimutinya, benar-benar yang terlihat, hanya putih saja, tak tampak gunung sedikitpun. 
Tingkat 5 Gunung Fuji
rame-rame pakai yukata
kaya kamarnya Nobita
Pagi hari depan hotel di kawasan Kawaguchi
Turun gunung Fuji, kami bermalam di kaki gunung Fuji, kawasan Kawaguchi (Kawaguchiko Park Hotel), disini kami berkesempatan memakai yukata, pakaian tidur tradisional Jepang, cara pakainya kanan baru kiri, jadi bagian kiri itu yang diatas, jangan terbalik kalau kanan diatas itu biasanya untuk orang yang meninggal. Setelah pakai yukata kami foto group lalu makan malam, setelah makan malam kalau mau mandi onsen juga bisa. 

mandi onsen
Di bus Kent menjelaskan cara mandi onsen itu harus benar-benar telanjang bulat, kalau kita pakai handuk nanti orang Jepang berpikiran kalau kita menyembunyikan sesuatu dan dianggap tidak sopan. Kata Kent nggak ada penjaga dan tidak ada aturan berendamnya berapa lama. Kata Kent 15-20 menit sudah cukup karena panasnya 40°C. Pas itu saya lihat dulu tempat onsennya, sepertinya saya nggak bisa nahan kalau nggak nyemplung situ, padahal awalnya saya pikir malu ah, tapi pas masuk kamar nggak ada bath up ya udah saya pikir ngapain malu kan sesama jenis ini, karena saya suka berendam air hangat. Selama di Jepang saya selalu berendam air hangat di bath up hotel. Akhirnya kami berempat, Saya, Karin, Je Ita dan Bu Lusi, pas kami masuk sepertinya kami yang pertama soalnya lantainya masih kering si. Masuk tempat mandi onsen ambil keranjang buat meletakkan baju kita saya masukkan ke dalam, saya letakkan dipinggir kolam. Pas masuk kolam, airnya ada yang keluar karena bajunya takut basah jadinya saya naik dulu ke atas untuk ambil kursi kecil, saya letakkan keranjang baju diatas kursi lalu saya berendam lagi. Setelah berasa cukup naik ke atas untuk mandi, disitu sudah disediakan sabun dan shampo, membilasya juga harus diatas nggak boleh dalam kolam, biar kolam air panasnya nggak tercemar hehe. Bener-bener enak lho mandi di onsen dengan panas 40°C. Selama di Jepang saya selalu tidur jam 2 pagi atau jam 3 pagi. Tapi setelah mandi onsen, jam 12 mata udah nggak kuat dan akhirnya tertidur pulas. Oiya penginapan disini mirip kamarnya Nobita, bisa juga tidur ala Doraemon yang masuk kaya lemari. AC di Jepang multi fungsi bisa dibuat untuk mendinginkan bisa juga untuk penghangat ruangan juga, karena udara dingin kami set AC untuk penghangat ruangan. Ada juga remote untuk mengatur lampu seberapa redupnya.

Kapal wahana 20.000 Leagues Under the Sea
Hari kelima, 18 Oktober 2016 - Kawaguchi, Tokyo (Disney Sea)
Setelah check out hotel kami langsung ke Tokyo Disney Sea, di Bus Kent memberitahu kami wahana apa saja yang tidak begitu seram, dan dia menawarkan mau ambilkan fastpass, menawari siapa yang mau naik tower of terror ternyata hanya 3 orang, katanya itu kaya naik lift trs tiba-tiba liftnya mati terus jatuh ke bawah. Kami masuk ke 20.000 Leagues Under The Sea, 1 kapal berisi 6 orang, tapi waktu itu kami hanya berempat atau berlima saja, belakang antrian kami orang lain tapi mungkin mereka rombongan juga, tidak mau ikut bersama kami. 
Indiana Jones Adventure
Kami ke Indiana Jones Adventure, disini kami nggak dikasi fastfree tapi disarankan untuk ngantri bilang apa gitu (lagi-lagi lupa) intinya nanti naik sejenis jeep sendiri-sendiri nggak bisa sama teman kita biar ngantrinya nggak panjang. Jadi  pas udah hampir sampai, nanti kami digabungkan dengan group lain yang misalnya kurang 1 orang nah kita itu sisipannya satu orang itu. Jadi 1 jeep itu isinya 9 orang, karena jadi sisipan jadinya pasti dapatnya nggak bisa di tengah tapi dipinggir. Efeknya bagus, ada bola raksasa yang menggelinding ke arah kita.
Dari Indiana Jones Adventure kami diajak nonton Mermaid Lagoon Theater, disini nggak boleh foto maupun merekam. Aktraksi Ariel menari-nari di atas kita dengan lincahnya, yang memerankan tubuhnya lentur sekali. Pertunjukkan kurang lebih 10 menit.
Lalu kami diajak ke Journey to the Center of the Earth. Sampai di depan Journey to the Center of the Earth, Kent memberi kami tiket fastfree di tiket fastfree ada jam masuknya jadi kita nggak boleh masuk sebelum / sesudah jam yang ditentukan. Kata Kent ini waktunya bebas dulu (bisa makan siang), ntar kalau mau masuk kesini tinggal masuk sendiri-sendiri saja dan setelahnya bebas dan kita diminta berkumpul di depan loket jam 5. Saya nggak cari makan dulu soalnya belum begitu lapar, jadi hanya lihat-lihat si sekitarnya. Begitu jam menunjukkan kami boleh masuk saya dan Karin langsung ngantri masuk. Ini permainan termasuknya aman nggak bikin jantungan hehe.
popcorn dg souvenir
Churros
Keluar dari Journey to the Center saya pengin pop corn, kami mampir salah satu stand pop corn. Stand yang saya kunjungi itu curry popcorn, saya hanya beli sekotak kecil mirip pas kita nonton bioskop seharga 310 yen. Harga pop corn macam-macam kalau yang pake souvenir itu 2.200 yen. Oya stand pop corn ada banyak menyebar di area disneysea tapi uniknya 1 stand hanya menjual 1 rasa aja, pas saya jalan-jalan ada caramel pop corn.  Setelah pop corn habis saya tergoda untuk beli churros mapple pumpkin, antrian nggak terlalu panjang saya si masih oke, kalau lihat antrian panjang sudah malas duluan. 1 churros mapple pumpkin seharga 310 yen. Sehabis makan churros sewaktu saya mau buang sampah, saya melihat ada hp iphone ketinggalan, saya kasi tau Karin tanpa saya sentuh itu HP. Lalu Karin yang kasi tahu petugas bahwa ada HP yang tertinggal karena dia bisa bahasa Jepang. Setelah kami beritahu petugas nggak lama ada seorang cowo lari-lari kesitu kaya panik gitu bongkar tas nya. Saya pikir itu orang yang hp nya ketinggalan kali ya, kami beritahu dia kalau hpnya sudah diamankan petugas, kami antar dia ke petugas tapi ternyata sudah dibawa petugas lain, ya udah kami meninggalkan orang itu yang penting kami sudah kasi tahu kalau barangnya sudah di petugas. Waktu dalam perjalanan ke Disneysea, HP teman saya sempat hilang pas berhenti di rest area. Waktu di rest area kan kita dikasi waktu ke toilet dan siapa yang mau beli roti bisa, nah teman saya merasa bawa hp ke toilet habis itu lupa, akhirnya Kent yang berhasil menemukannya. Kata Kent di Jepang kalau ada kehilangan itu langsung dibagian barang hilang, nggak ada rasa ingin memiliki (beda dengan negara kita haha ingin memiliki yang bukan hak nya). Kata Kent biasanya yang menemukan itu diminta isi form jika dalam waktu 1 bulan apa 3 bln (lupa saya berapa lama) barang tidak ada yang ambil, ini barang buat kamu mau atau tidak? Wah salut dengan budaya Jepang. 
Shinjuku Prince Hotel, Tokyo
Kami menuju hotel di Shinjuku Prince Hotel, Hotelnya termasuknya sempit dibanding hotel-hotel sebelumnya, ini hotel nggak ada lemarinya. Letaknya strategis si benar-benar di pusat kota, satu Area dengan Pepe Mall di lantai 8 ada toko can⭐do serba 100yen (belum sama pajak, pajak di Jepang 8% jadi 108 yen). di lantai 5 ada GU baju-baju gitu. Kami makan malam di Amataro Yakitori Center dekat hotel, sejenis barbekyu an gitu. Sehabis makan malam acara bebas. Saya dan Karin hanya jalan-jalan lihat-lihat aja nggak beli apa-apa, saya pikir kan besok masih bermalam di Tokyo jadi sekarang menjelajah dulu aja.
pohon bonsainya besar-besar,
itu ada pohon yang kalau dilihat kaya orang berjalan
Hari keenam, 19 Oktober 2016 - Tokyo Tour
Hari ini kami melewati  Imperial Palace, tempat tinggalnya Kaisar Jepang. Depan Imperial Palace ada taman yang ditumbuhi pohon-pohon bonsai yang besar-besar, kata Kent biasa pagi-pagi orang suka ke taman untuk tidur, tapi kalau malam nggak boleh ada yang tidur di bawah pohon. Kami mengunjungi Tokyo tower dan ada kesempatan berbelanja, disini saya tergoda untuk beli yukata seharga 3.800 yen tapi saya berhasil untuk menahan diri karena saya ingat Karin pernah bilang kalau mau beli baju (kaos) paling murah di Asakusa. Lalu kami ke Asakusa Kannon Temple yang merupakan salah satu kuil terkenal di Tokyo. Di Asakusa saya membeli kaos yang menurut saya harganya lebih murah dibanding di Tokyo Tower, di Tokyo Tower kaos paling murah 1.000 yen blm pajak. Di Asakusa saya dapat kaos 980 yen belum pajak, biasanya pajak 8% ini koq saya cuman suru bayar 1.029 yen untuk 1 kaos, atau karena saya beli banyak jadi diberi diskon atau bagaimana entahlah saya tak tahu. Teman saya nitip payung, uniknya payung dijepang kalau dilipat itu gepeng nggak seperti tabung. Dan akhirnya saya beli yukata 2, satu untuk saya dan satunya untuk tunanganku. Yukata disini 3.500 yen, karena beli 2 jadi bebas pajak. Di Jepang ada pengembalian pajak jika beli lebih dari 5.000 yen biasanya bebas pajak kalau kita menunjukkan visa, tapi kemarin saya nggak diminta menunjukkan visa si. Shoping belum berakhir, kami dibawa ke Ginza katanya itu tempat elite untuk shoping. Di Ginza saya nggak beli apa-apa, saya ngintil Pak Aseng dan Je Ita hehe, pengin beli gantungan kunci kokeshi agak besar si harga ±978 yen tapi merasa sayang jadinya nggak kubeli. Malamnya saya ke can⭐do beli Wood Craft dan amplop. Oiya di hotel ini kita nggak bisa masak air panas, kalau mau ambil air panas tinggal ambil di dekat mesin air minum yang dijual.  Tadinya kita pada bingung ada teko tapi koq nggak ada sambungan kabelnya, ternyata ambil airnya di mesin dkt air minum yang dijual dekat lift. 
Tokyo Tower
masih di sekitar Tokyo Tower
naksir yukata yang ini tapi nggak jadi beli
Asakusa Temple
Christian, tour guide dari Golden Rama
harga boneka di toko daerah Asakusa
Bentuk payung gepeng
Kent, tour guide Jepang
Hari ketujuh, 20 Oktober 2016 - Tokyo Shoping Time
Hari ini kami masih diberi kesempatan berbelanja ke Odaiba pulau buatan yang katanya dari timbunan sampah, disitu ada 2 mall yang berdekatan Diver City Plaza dan satunya Aqua City Odaiba. Setelah turun dari bus kami naik ke atas bisa berfoto dengan view patung Liberty. Lalu jalan kaki untuk berfoto di patung Gundam raksasa. Setelah itu acara bebas, Kent kasi tau rekomendasi makanan ada rumah makan masakan Indonesia di mall Aqua City Odaiba, namanya Surabaya. Saya beli celana panjang di forever 21 mumpung ada diskon hehe. Akhirnya saya dan beberapa teman makan di Surabaya.  
Gundam di Odaiba
ada di salah satu mall di Odaiba
harga gantungan di Ginza,
naksir tp sayang duit


Kami juga diantar belanja ke Shibuya hanya mampir sebentar untuk foto di depan patung anjing Hachiko (anjing yang setia tapi sepertinya saya nggak tahu ceritanya, yang saya ingat itu cerita Kakek Penumbuh Bunga,  ceritanya bisa dibaca disini) lalu lanjut ke Harajuku Street. Di Harajuku ada Daiso besar ada 3 lantai kalau nggak salah inget. Saya beli gantungan kunci kokeshi dan sushi titipan teman dan untuk saya sendiri saya beli lilin aromaterapi 2. Sudah lama pengin lilin aromaterapi tapi di Jakarta mahal, mumpung di daiso termasuk murah saya beli 2. Satu aroma puding satu aroma milk honey. Malam harinya saya jalan jalan ke Don Quijote Shinjuku Sampe hotel masih mampir lagi ke can do lagi beli beberapa gantungan sushi, beli cetakan telor, cetakan sandwich, alat las plastik dan beli hiasan kucing dari kayu..

Hari kedelapan, 21 Oktober 2016 - Kembali ke Jakarta
Pagi ini setelah sarapan kami diantar ke Haneda Internasional Airport. Masih ada waktu kalau mau belanja di area bandara. Saya beli mug Japan pesanan adik saya. Liburan berakhir..

tadinya mau ambil yang bentuk gunung Fuji tapi nggak jadi,
jadinya ambil kucing keberuntungan
beli yukata ini
kaos untuk kembaran sekeluaran,
itu tulisan Ichiban artinya yang utama
Kesimpulan saya suka tinggal di Jepang tapi saya kurang cocok dengan makanan, bukan karena mentah tapi karena kebanyakan ikan sementara saya tak suka ikan.. ikan yang saya makan hanya bandeng dan gurameh saja.  Harga barang-barang di Jepang termasuknya mahal, ya wajar si katanya kan di Jepang memang biaya hidupnya tertinggi di dunia kedua baru Australia.  Entahlah itu survei dari mana. 
Selama di bus Kent suka bagi-bagi coklat, kacang wasabi, nori, dll katanya itu dari kantor, kita pada nitip di malam terakhir Kent baru antar pesanan kita ke kamar kita masing-masing.
Terima kasih Pak Erick yang memberi kami incentive ke Jepang juga merancang tujuan tour untuk kami bersama pihak Golden Rama, saudara Christian. Arigatou gozaimas Kent San untuk kebersamaan dan kesabaran menghadapi beberapa teman yang cerewet. Terima kasih teman-teman semua. 
serasa kaya anak sekolah
barang-barang yang kubeli memenuhi kasur

selesai packing ditimbang 18 kg, pk koper 28"
Rincian pengeluaran
Roti lupa isi berapa 500 (beli di Fushimi Inari)
Lawson store beli 2 craker beras 216 (dekat hotel Loisir Toyohashi Hotel)
Nori wasabi untuk campuran nasi 540 (beli di Kawaguhi Ko)
Almond florentins 1 kotak besar 1.080 (beli di gunung Fuji)
Teh green tea beras 550 (beli di gunung Fuji)
Cumi wasabi 2 pack @1.200 (beli lewat Kent)
Coklat strawberry 1 pack 1.000 (beli lewat Kent)
Nori 1 pack 1.000 (beli lewat Kent)
Curry pop corn 310 (beli di Disneysea)
Churros mapple pumpkin 310 (beli di Disneysea)
Gelas Winnie the Pooh  1.100 (beli di Disneysea)
Kaos 6 buah @1.029 = 6.174 (beli di Asakusa)
Yukata 2 buah@3.500 = 7.000 (beli di Asakusa)
Payung 1.050 (beli di Asakusa)
Teh hijau 3.88 (beli di Don Quijote Shinjuku)
Ramen 1 pack 458 (beki di Don Quijote Shinjuku)
Can do beli Wood Craft dan amplop 540 (beli di can do toko serba 100 Yen di lantai 8 Pepe mall)
Celana di forever 21 1.187 (beli di mall daerah Odaiba)
Daiso 1.080 (beli di Harajuku street)
Kit Kat, lululun, biskuit 741(beli di Harajuku street)
Can do beli gantungan sushi, cetakan telur, cetakan sandwich, hiasan kucing, mangkok, alat las plastik total 12barang @108 = 1.296 (beli di Pepe mall lantai 8)
Beli mug 1.000 Yen (beli di bandara Haneda)
Total 30.932 Yen dipotong payung dan gantungan titipan teman jadi pengeluaranku seminggu di Jepang 29.018 yen


Candi Arjuna
Hari ini, bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila, kami berangkat ke Dieng. Kami berangkat dari Purwokerto pukul 07.30 WIB, kata supir rental mobil yang kami sewa, perjalanan Purwokerto-Dieng menempuh waktu 3 jam.
Saya kurang tahu akhirnya pesan mobil dimana? yang saya tahu sewa mobil untuk 2 hari (tidak nginap di Dieng, besoknya teman-teman mau jalan-jalan ke Small World dan Lokawisata Baturraden). Biaya sewa mobil + bensin + supir untuk 2 hari Rp. 1.250.000,- Karena saya dan koko hanya ikut hari pertama saja, jadi hanya perlu membayar Rp. 117.000,-/orang. Nanti saya tanyakan teman deh kemarin sewa mobil di mana? Siapa tahu ada yang membutuhkan info sewa mobil Purwokerto ke Dieng. Kalau sudah dapat nanti saya infokan kembali.

Seperti biasa, karena takut "jackpot" dalam perjalanan jadi sebisa mungkin saya usahakan untuk tidur. Pertama kami mampir dulu ke Getuk Goreng Haji Tohirin, Sokaraja yang terkenal itu. Toko-toko Haji Tohirin banyak sekali, ya mungkin aja mereka semua masih family kali ya, anaknya kek, keponakannya kek, sepupunya kek atau siapalah saya juga tak tahu, kami hanya menebak-nebak saja haha.


Sekitar pukul 10.00 kami berhenti makan di Mie Ongklok Longkrang, di Jalan Pasukan Ronggolawe no 14, Longkrang, Wonosobo. Mie Ongklok ini merupakan makanan khas Wonosobo yang membedakan itu bumbunya kental dan menggunakan ebi, isinya sebenarnya hanya mie plus sayuran saja. Biasanya penjual Mie Ongklok menjual sate sapi juga + gorengan, gorengan khas Wonosobo yang saya suka itu tempe kemul. Kemul sendiri merupakan bahasa Jawa yang artinya selimut, jadi tempe kemul itu tempe yang diselimuti tepung, bentuk tepungnya melebar seperti selimut gitu deh, kalau kalian mau ke Dieng, mampirlah kesini, nyobain Mie Ongklok + Sate Sapi + Tempe Kemul.
Untuk harga masih sangat-sangat terjangkau lah, seporsi mie ongklok Rp. 7.500,- untuk seporsi sate Rp. 10.000,- (isi 1 porsi 5 tusuk), Tempe Kemul Rp. 1.000,/pcs, Minum Es Teh Manis Rp. 3.000,-. Perut sudah kenyang kami pun melanjutkan perjalanan ke Dieng.
Mie Longkrang, Jl. Pasukan Ronggolawe No 14, Longkrang, Wonosobo
Makanan sudah habis
Mie Ongklok

Waktu masuk kawasan Dieng kami diminta untuk membayar restribusi, Rp. 5.000,- per mobil. Sama ketika masuk kawasan Baturraden, Purwokerto dan Kaliurang, Jogja juga sama aja di pintu kawasan diminta bayar restribusi gitu. Dari pintu kawasan ternyata masih jauh perjalanannya. Cuaca mulai tak bersahabat, awan tebal dan sedikit gelap menemani perjalanan kami. Oiya jalan menuju Dieng tak selebar jalan puncak Bogor maupun jalan puncak Baturraden lho. Pak Supir menanyakan ini mau kemana dulu, Pak Adi ST bilang terserah Bapak saja, kami belum pernah ke Dieng, jadi mau dibawa kemana aja kami nurut, akhirnya tujuan pertama ke Candi Arjuna. Dalam perjalanan ke Candi Arjuna kaca mobil kami buka, tiba-tiba bau srenggg kami pikir itu bau terasi, tapi Pak Supir bilang bukan ini bau pupuk kandang, hahahaha dugaan kami salah. Sekitar Pukul 11.40 kami tiba, gerimis kecil ketika kami turun dari mobil. Tiket masuk disini dijual sudah terusan dengan Kawah Sikidang, tapi untuk ke Kawah harus menggunakan mobil, karena lokasi Candi Arjuna dan Kawah Sikidang tidak dalam satu lokasi, kata orang si 15 menit perjalanan dengan mobil untuk ke Kawah Sikidang. Harga Tiket masuk Candi Arjuna + Kawah Sikidang Rp. 15.000,-/orang untuk turis lokal sementara untuk turis mancanegara RP. 30.000,-/orang. Nggak lama setelah kami masuk hujan tambah deras dan kami pun berteduh. Di sana ada seperti Saung yang cukup lebar, di Saung itu ada anak-anak SD yang sedang Study Tour

Setelah hujan reda kami melanjutkan perjalanan ke Museum Kailasa. Pas mau beli tiket masuk ternyata lagi istirahat, kami menunggu bentar (mungkin yang jaga lagi makan siang kali ya??). Pas kami ke Museum ini, tergolong sepi lho, yang masuk cuma kami aja, emang kata petugasnya sekarang jarang ada yang mau ke Museum, karena dianggapnya kurang menarik. Tiket masuk Museum Kailasa Rp. 5.000,-/orang kalau turis mancanegara entahlah tak tahu saya karena tidak ada daftar harga tiket masuknya. Oya harga tiket tersebut sudah termasuk nonton teater selama +- 10 menit tentang sejarah Dieng. Dari kita beli tiket itu sebelah kanan ada bangunan persegi disitu hanya ada arca-arca, entah karena apa ada beberapa arca yang kepalanya tidak ada, lalu kami masuk ke sebelah kiri dari kita beli tiket, ketika kami masuk sini, penjaga tiket yang jual tadi menemani kami masuk dan menerangkan mulai dari peresmian Museum Kailasa ini Oleh Jero Wacik pada tanggal 28 Juli 2008 yang kala itu Beliau menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Kailasa sendiri berarti tempat yang Suci atau Disucikan (kalau nggak salah inget artinya itu). Di Dieng masih ada ritual pemotongan rambut gimbal yang biasa diadakan setahun sekali, tapi saya lupa tanya setiap kapan? katanya anak yang rambut gimbal harus dituruti dulu permintaannya biar sesudah dipotong rambut gimbalnya nggak tumbuh gimbal lagi, dan uniknya ini bukan turunan. Pernah ada anak minta telur 5 butir tapi cuma dikasi 3 butir setelah dipotong ya tetap tumbuh rambut gimbal. Permintaan anak bermacam-macam ada yang minta kesenian tradisional seperti pertunjukkan barongan, kuda lumping, ada yang minta telur, dll, rata-rata anak meminta yang orang tuanya bisa mewujudkannya. Dieng berasal dari kata "Di" (berarti tempat atau gunung) dan "Hyang" (berarti Dewa), jadi dengan demikian Dieng berarti tempat bersemayam para dewa atau dewi. Tradisi Jawa dan Indonesia pada umumnya menganggap gunung dan tempat-tempat tinggi sebagai tempat suci. Setelah kami berkeliling Museum, pas keluar hujan lagi, akhirnya kami menghangatkan badan dulu, ada yang pesan kopi ada yang pesan jahe. Saya beli topi + syal kecil sepasang Rp. 35.000,- akhirnya beli 2 pasang dengan Bu Alay dikasi harga Rp. 30.000,- /pasang (saya sengaja carinya yang nggak ada tulisan Dieng biar bisa dipake kemana aja) menurut saya harga segitu murah, dulu saya pernah beli topi rajut di Bogor harganya seinget saya Rp. 25.000,- pas itu beli di Brasco Factory Outlet, Bogor.

Museum Dieng Kailasa
Salah satu arca yang kepalanya tak ada, entah karena apa???
Peresmian Museum Kailasa Oleh Jero Wajik, Men Bud Par, 28 Juli 2008
Ciri-ciri orang asli Dieng itu pake kupluk dan sarung
Rambut Gimbal / Rambut Gembel
Barongan Macan
Cara Candi dibangun (tanpa semen)
tempe kemul dan cabe rawitnya besar-besar
Nyobain topi rajut
Ngopi dulu di seberang Museum Kailasa


jadi inget film tentang Gorila
Dari Museum lanjut ke Kawah Sikidang, ternyata oh ternyata pas naik mobil dari parkiran mobil, dekat area makan, seberang Museum ada Candi Bima, nggak ada yang kasi tahu ya jadi kami tak tahu, tak mampir ke Candi Bima padahal jalan kaki dari area makan bisa lho, dekat sekali padahal. Ya sudah, besok-besok lagi aja. Sampai kawah Sikidang masih hujan. Di sini banyak yang jual kentang, bunga edelweis si bunga abadi. Mitosnya yang memberikan bunga edelweis ini ke pasangan, maka cintanya akan abadi. Tapi kan lama-lama bunganya akan punah kalau terus dicabut. Oiya di Kawah Sikidang ini kalau mau foto bersama burung hantu bisa lho, Foto dengan kamera sendiri bayarnya Rp. 5.000,- kalau pakai kamera sana dan langsung jadi seingat saya Rp. 15.000,- atau Rp. 20.000,- persisnya lupa, nggak saya foto si daftar biayanya hehe.


Tatapan burung hantu tajam
Dari Kawah Sikidang tadinya kami mau mampir ke telaga warna tapi ternyata sudah kesorean sudah tutup, entah sudah jam berapa saya lupa, kata supirnya si tutup, akhirnya kami balik, karena Pak Eddy akan melanjutkan perjalanan ke Ambarawa menggunakan travel jadi kami mengejar jam berangkat travel dari Wonosobo ke Ambarawa. Supir kami mengantar ke agen travel, ada keberangkatan jam 5 sore. Jam sudah menunjukkan jam 4, kami memutuskan makan dulu, pak supir menawarkan makan di depan klenteng juga enak katanya, tadinya saya menawarkan makan ayam depan mickey mouse, tapi berhubung masih jam 4 saya bilang jam segini belum buka. Saya tahu karena saya pernah kerja di Wonosobo. Kami makan di Red Cobek di seberang Klenteng Hok Hoo Bio, sambil menunggu makanan dibuat, saya jalan kaki ke Klenteng sekadar ingin tahu dan foto sebentar di Klenteng. Sambil makan saya coba cek jadwal misa di Gereja Santo Paulus di aplikasi e-Katolik, misa Sabtu sore pukul 17.30 saya menawari Pak Adi bagaimana kalau misa dulu di sini? Pak Adi pun setuju. Bu Alay tetap ikut masuk ke dalam, meskipun keyakinan Beliau berbeda dengan kami, salut dengan sikap toleransi Beliau, nggak fanatik gitu. Sehabis misa, saya beli beberapa roti yang dijual di Gereja, dari tadi saya nggak beli apa-apa, cuman beli tempe kemul pas di Candi Arjuna tapi ternyata kurang enak agak keras gitu tepungnya, kalah jauh dengan yang Mie Ongklok Longkrang. Dulu waktu saya kerja di Wonosobo, pas pulkam saya beli adonan tepung aja di sebelah toko tempat saya bekerja, sebenarnya beliau nggak jual adonan tepung si, cuman karena sudah kenal saya jadi saya tinggal nyiapin botol kosong buat adonan tepung yang sudah dicairkan.
klenteng Hok Hoo Bio
Misa Dipersembahkan Oleh Romo Doni
Roti bentuk ikan menarik perhatian saya
Sekitar jam setengah 7 malam kami keluar dari Gereja dan akhirnya melanjutkan perjalanan pulang Purwokerto. Sampai Purwokerto karena teman-teman lapar saya rekomendasikan makan Bakmie Jawa di perempatan Situmpur pas di Pasar nya, jualnya hanya pas sore-malam hari. Katanya si ayamnya pakai ayam kampung. Masaknya masih tradisional pakai arang gitu dikipasi.
walaupun di emperan, tapi rasanya nikmat, ngantri
Biaya ke Dieng saya pribadi
1. Urunan transportasi Purwokerto - Dieng PP Rp. 117.000,-

2. Mie Ongklok Rp. 7.500 + Es Teh Manis Rp. 3.000 + 1 Tempe Kemul Rp. 1000,
3. Masuk Candi Arjuna & Kawah Sikidang Rp. 15.000,-
4. Beli 5 tempe kemul di Candi Arjuna Rp. 5.000,-
5. Masuk Museum Kailasa Rp. 5.000,-
6. Kopi di depan Museum Kailasa Rp. 5.000,-
7. Topi rajut & syal Rp. 30.000,-
8. Ayam Penyet Lombok Ijo di Red Cobek Rp. 8.000,- Nasi Putih Rp. 4.000,- Jeruk Manis Hangat Rp. 5.000,-
9. Roti di Gereja mereknya Lulu Bakery and Resto saya beli 5 Total Rp. 27.000,- (roti sosis harganya Rp. 6.000,- roti lain harganya Rp. 5.000,-) sedih saya belum sempat makan rotinya sudah habis dimakan adik saya. ya sudahlah
10. Mie Godog (Mie Kuah) Situmpur Rp. 16.000,- saya minumnya teh tawar gratis

Total biaya Rp. 248.000,- tapi sebagian besar biaya saya dibayarin Ko Toni, makasih banyak ko, untuk kopi juga malah dibayarin Pak Eddy, terima kasih juga Pak Eddy.

Terima kasih untuk kebersamaannya hari ini teman-teman. Lain kali kalau ada kesempatan bolehlah kita jalan-jalan lagi.