selft control
Keluarga Indonesia belakangan ini sering kali kita mendengarkan kasus kekerasan terjadi dan dilakukan oleh remaja, mulai dari bullying, kemudian tawuran sampai perkelahian. Itulah keluarga Indonesia, masa remaja merupakan masa yang penuh pencarian jati diri. Banyak sekali hal yang berubah pada saat anak memasuki masa remaja dan seringkali membuat remaja ikut-ikutan untuk meluapkan emosi negatif dengan cara yang tidak tepat. Nah keluarga Indonesia, tugas kitalah sebagai orang tua untuk membekali dan memberikan pengetahuan kepada para remaja bagaimana cara paling tepat untuk bisa mengelola emosi negatif dengan cara melakukan self control atau kontrol diri. Nah keluarga Indonesia sebetulnya apa si kontrol diri? Bagaimana cara untuk mengajarkan self control yang tepat pada remaja, topik itulah yang akan kita bahas dalam ruang keluarga kali ini yaitu tentang menumbuhkan self control pada remaja.
Narasumber seorang Parenting and Organization Coach Mbak Hani Muchtardar

Sebelum kita membahas spesifiknya pada remaja, self control sendiri definisinya itu sebetulnya apa?
Definisinya self control itu adalah bagaimana si remaja memiliki kemampuan, keahlian untuk mengelola emosi negatifnya, kemudian juga untuk mengelola supaya dia fokus pada tujuan dan juga bagaimana dia bisa mengelola keinginan-keinginan yang di usia remaja itu kan keinginanmya pengin enak aja, pengin cepat, pengin gampang, dan itu harus dikelola karena segala sesuatunya ada proses.

Coping Skills
Tapi kan bukan hanya pada remaja bahwasanya setiap individu kan perlu ya mbak untuk memiliki kemampuan mengontrol diri ini?
Betul sekali, karena kita tidak bisa mengharapkan remaja mempunyai, memiliki kemampuan untuk kontrol diri yang baik, kalau kita sebagai orang tua belum memilikinya. Dan penelitian menunjukkan kita tidak bisa mengharapkan anak remaja usia 15 sampai dengan 20 memiliki kontrol diri yang baik, karena kontrol diri itu adalah life long learning, sampai tua pun kita harus belajar mengelola kontrol diri, tetapi usia remaja inilah yang paling kritis. 

Kenapa usia remaja menjadi bagian usia paling kritis dalam tahapan perkembangan individu dalam proses pembelajaran self control masa remaja?
Apa yang menyebabkan paling kristis, karena penelitian menunjukkan kalau 12 tahun yang lalu menurut para ahli waktu itu menunjukkan bahwa otak remaja itu stop berkembang pada usia 12, ternyata sekarang bukan seperti itu, penelitian terbaru menunjukkan kalau otak remaja itu yang bagian depannya auto executive function of the brain prefrontal lobe nya itu mulai berkembang ketika anak-anak memamsuki usia remaja sampai maksimal usia 25 tahun. Itu 10% dari otak anak yang masih berkembang. Ketika itu belum berkembang dengan baik, anak remaja itu maunya apa-apa yang instan, fokus pada sesuatu yang bikin dia nikmat aja, asyik aja, dan keinginan segala sesuatunya datang  begitu tiba-tiba. Kalau kita belum memperhatikan, belum mengelola dengan baik dari sisi kita sendiri, anak-anak itu dengan mudahnya akan terbawa. Sebagai orang tua kita harus memiliki kemampuan self control yang baik dulu baru kemudian bisa mengajarkan kepada anaknya.

Pembawa acara lalu menanyakan ke Kak Bosco (pianis acara ruang keluarga). Tadi kata Mb Hani katanya kita sebagai orang tua harus mempunyai kemampuan mengontrol diri yang baik dulu sebelum kita mengajarkan ke anak, Kak Bosco sendiri sudah oke belum kemampuan kontrol diri Kak Bosco?
Sebagai orang tua sudah cukup memberikan teladan.
Apa yang diajarkan ke putrinya yang usianya remaja?
Saya mengatakan kepada dia ini sesuatu yang baik, ini sesuatu yang kurang baik. Jadi bisa membedakan dulu mana yang baik dan kurang baik. Kalau sesuatu yang kurang baik kita kasi penekanan, jangan dilakukan.
Bentuknya dialog, diskusi, ngobrol gitu ya?
Iya betul-betul.


Kalau ngobrol-ngobrol seperti itu termasuk cara kita sebagai orang tua mengajarkan self control nggak si?
Betul sekali, ketika anak remaja, peran kita sebgai orang tua harus mulai berubah, kita sebaiknya memerankan sebagai coach, sebagai pembina anak dan pendukung. Jadi bukan lagi sebagai converter, yang apa-apa yang kita kerjain buat anak, anak pengin ini itu ah daripada repot daripada dia marah ya udah deh kita kasi. Padahal yang harus kita tanyakan, apa yang membuat anak itu meninginkan sesuatu itu. Kita tanya kepada anak, kita bangun dialog, jadi kita nggak bisa langsung mengasi tahu "kamu nggak bisa melalukukan itu, itu kan nggak baik!". Tapi kita tanyakan apa yang membuat kamu ingin melakukan hal tersebut, kita ingin tahu before motivation, sehingga ketika anak remaja karena prefrontal lobe nya itu masih berkembang dengan bertanya penelitian juga membuktikan connectionnya jadi lebih baik, jadi dia mikir 1 di stimulasi untuk berpikir jadi dia merasa dihargai. Karena tidak langsung dikasi instruksi atau langsung dikasi tahu. Terkait dengan inisiatif jadi punya banyak inisiatif, ya nggak si? Betul, karena ide nya jadi keluar, kita kan sebagai orang tua idenya juga terbatas, tapi kalau kita rangsang anak untuk datang dengan jawaban, kita bisa menambahkan ketika anak belum pas kan.
Ternyata pengelolaan self control pada remaja efeknya bisa begitu banyak dan yang paling penting masanya di saat remaja ini.

Kalau kita melihat beberapa waktu belakang ini terjadi mulai dari bullying, kemudian tawuran, perkelahian remaja dan bahkan mungkin kekerasan-kekerasan yang lain, terjadi dan dilakukan oleh remaja, apakah kecenderungan ini menunjukkan self control pada remaja itu memang masih rendah mba?
Nah kalau kita metafor nih anak remaja self controlnya, dia seperti mempunyai bensin yang cukup, punya gas tetapi tidak mempunyai steering wheel dan juga tidak mempunyai rem. Kalau ditanya apakah itu yang paling critical? Betul karena belum mempunyai kontrol diri yang baik, jadi bagaimana caranya supaya remaja ini juga bisa membangun kontrol diri yang baik, kita sebagai orang tua harus memberikan kesempatan, kesempatan untuk melatih kontrol diri anak remaja, karena selama ini yang saya perhatikan kebanyakan orang tua itu ngelihat emosi negatif itu jelek, semua emosi jelek. Sedangkan kontrol diri yang rendah, diakibatkan oleh pengelolaan negatif emotion yang belum optimal. Kebanyakan orang tua ingin memperbaiki emosi anak, ketika anak pulang sedih, langsung bilang koq muka kamu sedih kaya gitu si, jutek banget si lihatnya. Sebaiknya orang tua bertanya koq mama lihat muka kamu sedih, ada apa? apa yang membuat kamu sedih? itu ditanya lebih dalam penyebabnya ada apa? kalau dia belum bisa jawab pengin langsung masuk kamar ya jangan dikejar untuk menjawab, biarkan dia supaya calm dulu, oke setelah tenang nanti kita ngobrol. Jadi si anak itu merasa dipahami emosinya. Dan ketika dipahami emosinya maka anak mengenal emosi disana anak baru bisa belajar self control, artinya erat sekali kaitan antara si pengelolaan emosi dan kontrol diri. Itupun harus orang tua dulu untuk melakukan.

Kalau bicara self control pada remaja sebetulnya pengendalian diri ini bisa dipelajari nggak? Bisa dilatih, bisa dipelajari sejak anak 7 bulan, jadi ketika dia nangis pengin minum susu, ibunya masih di kamar mandi, ibunya bisa bilang, tunggu sebentar ya sayang mama mau pergi dulu ke kamar mandi tunggu 5 menit aja atau 3 menit aja, dari kecil itu harus kita ajarkan. Kemudian nggak selalu ketika dia nangis selalu kita kasi susu, kan harus dikasi jadwal, jadi membangun rutinitas, kebiasaan, struktur itu sejak umur 7 bulan bisa diajarkan, jadi dasarnya sejak kecil bukan nunggu remaja baru kita ajarkan. Baru remaja kita baru ajarakan sudah keburu susah, padahal di awal-awal kehidupan anakpun bisa sekali untuk anak diajarkan self control. Apa itu mempengaruhi orang pada masa remajanya anak punya self control baik, ada yang kayanya sulit banget melakukan kontrol diri apakah faktor itu salah satunya atau yang lain? betul sekali, penelitian menunjukkan anak-anak yang punya self control yang baik, ketika diteliti ketika mereka dibawah 8 tahun mereka diasuh orang tua yang melakukan pola asuhnya secara positif, jadi kontrolnya baik, jadi kalau pola asuhnya nggak positif, kadang-kadang inget, kadang-kadang saya kasi, kadang nggak, nggak konsisten itu kontrol dirinya rendah, dan yang menarik ketika anak-anak ini diteliti hormon kortisol anak-anak yang diasuh secara positif , kortisolnya rendah, hormon jeleknya rendah.
Kembali lagi pola asuh harus konsisten, orang tua harus sudah menerapkan self control yang baik juga supaya itupun dilakukan oleh anak.


Sebetulnya kalau kita melihat remaja itu sendiri, ciri-ciri anak remaja yang punya self control yang kurang, itu bisa kita lihat dari mana?
Misalnya nggak sabaran itu menunjukkan self controlnya agak kurang.
Bukannya setiap remaja itu nggak sabaran, penginnya cepat-cepat?
Betul, tapi bagaimana kita sebagai orang tua melatih anak supaya sabar, nggak semua daripada dia marah diorderin aja makanan jadi dia pulang udah ada. Padahal kita bisa mengajarkan dia nunggu sebentar untuk masak, belajar sabar untuk menunda, kita bisa kasi alternatif sambil nunggu bunda masak coba kamu cari apa yang di kulkas ada apa yang bisa dimakan? Nggak selalu apa-apa disediakan, disiapkan, dimanjain. Kadang-kadang orang tua tujuannya baik, tetapi untuk mengelola self control yang baik ini kita harus melakukannya dengan sayang tapi bukan memanjakan, sayang yang membuat anak jadi kuat.
Mudah terpengaruh, misal ikut bola di sekolah, teman-temannya pakai sepatu yang jutaan, karena larinya enak kalau sepatu yang hargaanya jutaan itu. Ketika pulang weekend mau tanding, dia datang kerumah pokoknya mam kalau nggak dibeliin sepatu baru pasti kalah nih main bolanya, soalnya teman-teman sudah pake, aku sendiri yang belum punya.

Kalau ibunya tidak mendapat positif parenting pasti akan menjawab emang sepatu yang jadi penentu kemenangan?
Kalau ibunya positif bilang, wow sepatu itu pengaruhnya besar ya nak? kita pahami dulu dong, orang dia lagi pengin banget, kalau kita bilang nggak boleh tambah negatif dia. Terus kita tanya sepatu itu penentu kemenangan ya? terus apalagi ya selain itu? anak kan jadi mikir oh ya ternyata bukan sepatu saja, latihan lebih sering, makan lebih banyak. Dari situ kan nggak mudah terpengaruh, nggak mudah ikut-ikutan.


Mestimulasi anak sudah bisa dimulai sejak 7 bulan, kadang-kadang masa itu terlewat, masih bisa diajari nggak si, masuknya itu gimana si mba? Masuknya yang paling penting dari orang tua adalah kita berperan sebagai builder buat anak bukan sebagai barrier jadi approve yang kita lakukan sebaiknya melakukan encouragement, jadi kita selalu mendorong anak melakukan hal-hal positif, kemudian kita juga bertanya lebih banyak daripada memberikan instruksi, ini kan orang tua senangnya kasi tahu, senangnya mengasi instruksi, belum menjadi kebiasaan untuk bertanya kepada anak. Orang tua juga harus menganggap anak, anak saya ini mempunyai kemampuan, jadi tidak meanggap anak saya masih SD, masih kecil, semua-semua harus saya siapkan, semua-semua harus saya bantu. Kemudian orang tua juga harus memberikan kesempatan anak untuk belajar dari kesalahan. Jadi itu merupakan kesempatan kita, untuk melatih anak memiliki self control yang baik. Jadi dia tidak merasa, kalau dia berbuat kesalahan orang tua sudah menyalahkan. Sehingga anak kan merasa salah, merasa tidak mampu, dan emosi negatif itu kalau nggak keluar akan mempengaruhi self control dia. Kemudian kemajuan sekecil apapun juga orang tua juga hargai, karena semuanya tidak bisa langsung menunjukkan kehebatan. Jadi kemajuan besar dimulai dari mensyukuri hal-hal kecil yang ditunjukkan anak.

Penelepon dari Ibu Hesti di Cileduk
Bagaimana caranya menyembuhkan luka traumatik masa kecil yang terbawa sampai remaja, jadi masa kecil sering dipukul orang tuanya, sering dimarahi, apa-apa nggak boleh, sehingga si anak ini sampe takut dia rasa percaya dirinya kurang, sering cemas berlebihan, itu bisa disembuhkan nggak si, karena rasa traumatik yang dia alami sejak dia kecil sampai remaja? saat ini usianya 24 tahun.
Jawaban :
sebetulnya masih bisa, memang emosi negatif, traumatic event itu kan menimbulkan emosi negatif. Dan kalau itu belum dikelola dengan baik, dampaknya keman-mana, bagaimana dia membangun hubungan baik, bagaimana dia bisa melakukan segala sesuatu dengan penuh motivasi, dan masih banyak lagi dampak terhadap area lainnya. Dan apakah bisa disembuhkan? Tentu saja bisa, hanya ini harus melalui proses terapi karena sudah ada trauma, hanya kita bisa melalukannya kalau tidak melalui terapi adalah bagaimana orang terdekat remaja ini dengan melakukan dialog, apa yang terjadi? apa yang terjadi dulu ketika dia kecil, biarkan dia cerita. Apa yang bisa diambil pelajaran, apa si pelajaran dari situ? Apa hal yang membuat kamu merasa ingin berubah dari sini? Satu hal apa yang bisa dilakukan untuk kamu bisa merasa lebih baik? Satu hal aja, nggak usah banyak-banyak dulu. Satu hal yang bisa membuat kamu merasa menjadi lebih baik, lebih enak, lebih nyaman. Kemudian kita juga tarik pernah nggak di masa sebelumnya dia bisa melakukan satu hal yang membuat dia bangga, pernah nggak ada kejadian ketika di SD, SMP, SMA, Kuliah apapun juga, satu hal yang pernah kamu lakukan yang membuat diri kamu bangga. Point-pointnya dicatat sebagai dialog dengan orang terdekat dan diri sendiri.

Marshmallow Test
Manfaat apa si sebetulnya yang bisa didapatkan oleh anak terkait dengan perkembangan karakternya, perkembangan kepribadiannya pada saat kedepannya nanti ketika self control bisa diterapkan dengan atau dimodalilah dengan baik oleh orang tua pada anaknya?
Kalau saya ambil hasil penelitian yang dilakukan di nursery bring scholl stanford lab scholl pada tahun 70, mereka meneliti anak-anak yang bisa menunda keinginan yang marshmallow test, menunggu 3 menit dapat 2 atau sekarang kamu dapat 1. Ketika di ukur mereka usia 20 tahun, SAT score meningkat 200 poin lebih tinggi daripada yang nggak nunggu, langsung pengin ambil dulu yang penting gue sekarang nikmat. Nah ternyata orang-orang yang memiliki self control yang baik mereka itu inteaction lebih bagus, kemudian kecedasan emosi lebih tinggi, social skill lebih bagus, dan itu membawa anak memiliki karakter respecting other, team work yang baik, intrinsic motivation, ini kan kerja keras kan, mau menunggu 3 menit buat anak-anak kan nggak gampang. Jadi itu kan modal penting buat anak-anak kemudian hari. Jadi tepat sekali itu harus diajarkan orang tua, karena pengaruh ke karakter, kesusksesan anak itu sangat besar sekali.

Kalau kita bicara self control pada remaja itu kan yang menjadi salah satu highlight adalah pubertas, ketika masuk masa pubertas itu menjadi salah satu hal yang berpengaruh sekali nggak si Mbak? sehingga membuat seft control  ank-anak remaja kayanya low banget, rendah banget.
Betul itu yang tadi saya bilang tadi kan bensin cukup, setir nggak ada, rem nggak ada, itu salah satu faktor yang mempengaruhi self control adalah pubertas. Karena perkembangan otak yang pivotal, sedang perkembang, kemudian hormon changes, kemudian juga temperamen sejak anak dilahirkan, bayi dilahirkan itu membawa pengaruh, kemudian temperamen kita sebagai orang tua, pola asuh, dan juga bagaimana orang tua memberikan kesempatan anak melatih self control, apa-apa tidak digampangkan, apa-apa tidak diikuti, apa-apa nggak main kasi tahu. Jadi peran orang tua begitu besar sekali, dalam melatih, membiasakan anak untuk tidak mudah mendapatkan apa-apanya, semua latihannya pada orang tua.

Kalau bicara mengenai remaja juga, kaitannya pengaruh lingkungan mulai dari drug, pornografi, itu sepertinya masuk bertubi-tubi di masa remaja. Sebetulnya seberapa besar si mbak penanaman self control terhadap mudahnya remaja untuk kemudian dekat dan mengenal hal-hal negatif seperti itu?
Kalau kita kembali lagi kenapa ini anak-anak bisa sampai ke drug, tawuran, ngebully, kemudian melakukan pelecehan seksual, itu sebabnya kalau kita pelajari itu adanya basic need dari anak belum terpenuhi dari sisi emosi. Semua orang, mau anak, mau orang tua, mereka ingin dipahami, ingin diberikan perhatin, kasih sayang, ingin diterima apa adanya. Kalau dia sudah mendapatkan ini, dia nyaman di rumah itu namanya mental imunisation buat anak sehingga anak tidak mudah terpengaruh dunia luar yang memberikan kenyamanan, kenikmatan sesaat. Dan ketika anak mengalami emosi negatif dan itu yang harus dipahami dari rumah. Sehingga dia tidak menekan perasaan padahal dia sendiri merasa nggak enak, karena emosi itu reaksi dari semua chemistry emosi di dalam tubuh, hormon segala macem, dia tidak mencari kenyamannya dari drug, dari rokok, dari seks misalnya.

Pola komunikasi yang sebenarnya harus dibangun orang tua dengan anak remajanya sehingga mampu menciptakan self control yang baik pada remaja itu yang seperti apa si mbak?

self control
Kembali lagi, pola asuh positif, komunikasipun positif. Komunikasi positif dalam hal ini ketika anak memasuki usia remaja, kita menggunakan formula 80 20, 80% mendengar dengan hati, bicaranya 20%.
Jadi kalau punya anak remaja harus benar-benar pasang kuping untuk mendengar, karena banyakin mendengar aja ngomongnya sedikit, singkat tapi bener-bener mengena untuk orang tua yang mempunyai anak remaja.

Tips bagaimana mengendalikan emosi negatif pada remaja

Keluarga Indonesia mengajarkan remaja untuk mengendalikan emosi negatifnya bisa menjadi salah satu cara agar remaja tidak rentan melakukan kekerasan. Berikut ini beberapa tips untuk mengendalikan emosi negatif remaja.
1. Menerima emosi negatif

Jadikan kebiasaan untuk bisa menerima emosi negatif, seperti perasaan sedih, kecewa, marah, tertekan dan sebagainya. Stop mengabaikan, menghindari, dan memperbaiki emosi negatif.
2. Cari penyebab emosi negatif

Tanyakan kepada remaja Anda, apa yang membuatnya merasakan emosi negatif, tanpa menyalahkan. Dengan bertanya remaja seperti merasa dipahami.
3. Ajak remaja untuk take five
Berikan contoh jika Anda mengalami emosi negatif untuk melakukan take five, atau tarik dan keluarkan nafas lima kali. Ketika mengeluarkan nafas, bayangkan emosi negatif dikeluarkan dari tubuh kita.
4. Ajarkan untuk melakukan satu hal positif
Tanyakan kepada anak ketika sudah tenang, satu hal apa yang bisa dilakukan untuk bisa merasa lebih baik, hindari memberikan instruksi utnuk anak melakukan apa yan gkita minta.
5. Stop menjadi helper
Seringkali orang tua ingin selalu melihat anaknya happy, sehingga ketika anak mengalami masalah atau tantangan selalu ingin membantu. Beri kesempatan anak untuk mencari jalan keluar sendiri dan hindari untuk selalu menyelesaikan masalah anak

sumber : dari acara Ruang Keluarga Daai TV

0 comments :

Post a Comment